TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Kemendikbudristek merespons pernyataan Jusuf Kalla, wakil presiden ke-10 dan ke-12, yang mengkritik kinerja Nadiem Makarim sebagai Mendikbudristek. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Nunuk Suryani mengatakan bahwa komentar terhadap Nadiem itu tidak tepat.
"Saya enggak mau menilai Pak JK yang punya kaliber seperti itu, tapi saya mau sampaikan bahwa salah kalau mengatakan Mas Menteri enggak paham pendidikan," kata Nunuk saat ditemui di sela-sela kunjungan kerjanya di Merauke, Papua Selatan pada Rabu, 18 September 2024.
Nunuk menyebut, bahwa orang nomor satu di instansinya itu sebagai pembelajar yang cepat. Nadiem, menurut dia, merupakan sosok yang rajin membaca dan mendengarkan masukan dari jajarannya.
"Dia (Nadiem) enggak langsung ambil kebijakan a, b, c, d, tidak. Tiga bulan dia pakai untuk membaca dan mendengar," ujar Nunuk.
Dia menilai, seorang menteri tidak harus benar-benar menguasai segala hal di bidangnya tersebut. Terlebih lagi, kata dia, Nadiem memiliki sejumlah direktur dan tim yang membantu menjalankan visi misinya untuk dunia pendidikan.
"Jadi bukan harus kayak kamus yang mengerti semuanya, buat apa ada direktur jenderal. Rugi bayar mahal," kata Nunuk.
Jusuf Kalla atau JK sebelumnya mengkritik kinerja Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Mendikbudristek Nadiem Makarim. Dia menilai eks bos Gojek itu tidak memiliki cukup pengalaman di dunia pendidikan.
Mulanya JK menyebutkan sejumlah nama menteri pendidikan dari masa ke masa, mulai dari Ki Hadjar Dewantara, hingga Anies Baswedan. Dia menilai, sederet nama menteri itu memiliki keahlian di bidang pendidikan.
"Ada Muhadjir, ada Anies. Ada Mas Nadiem yang tidak punya pengalaman pendidikan," kata JK dalam forum diskusi 'Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan', dipantau dari YouTube TV Parlemen, Sabtu, 7 September 2024.
JK menyebut, kinerja Nadiem sebagai menteri pendidikan tidak pernah datang ke daerah dan jarang berkantor. Menurut dia, kementerian yang dipimpin oleh Nadiem ini memiliki cakupan yang luas.
Tak hanya pendidikan, kata JK, tapi juga perihal kebudayaan, riset, dan teknologi. Karena itu, JK menilai perlu sosok yang berkompeten untuk mengisi pos tersebut. "Titip orang yang jarang ke kantor. Minta maaf ya. Saya katakan saja supaya (menteri) yang ke depan jangan begitu lagi," kata JK.
JK menganalogikan kepemimpinan kementerian pendidikan dengan perusahaan. Menurut dia, dalam membangun perusahaan yang baik memerlukan Chief Executive Officer serta direktur-direktur yang mumpuni.
Dia mengungkapkan, persoalan pertama yang perlu dikerjakan untuk menciptakan perusahaan yang baik ialah memilih pemimpin. Kedua, soal program dan target yang akan dikerjakan. "Orang dulu, apa programnya, apa yang mau dicapai. Baru berapa anggaran. Jangan kebalik," kata JK.
Dia mengatakan, jika menteri pendidikan tak benar-benar paham dengan bidangnya, maka berapapun anggaran yang dipunya tak berarti. Karena itu, menurut JK, untuk memperbaiki kualitas pendidikan bukan hanya memperbaiki anggarannya, tapi juga pemimpinnya. "Kalau enggak mengerti pendidikan, beginilah. Mau berapa sekian ratus triliun dikasih, akan hancur-hancuran. Ini keluhan semua orang," kata JK.
Pilihan Editor: Ini Kritik Eks Wakil Presiden JK kepada Menteri Nadiem Makarim