TEMPO.CO, Surabaya- Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, bersitegang dan sempat bentrok fisik dengan para pekerja seks komersial di lokalisasi Klakah Rejo, Benowo Surabaya, Minggu 25 Agustus 2013. Kejadian ini terjadi saat Risma akan meresmikan penutupan lokalisasi tersebut secara simbolis dengan membuka sebuah papan nama yang sudah disiapkan oleh Dinas Sosial Kota Surabaya.
Pada saat Risma berada di depan papan tersebut, ratusan PSK dan Mucikari yang berdemo membawa spanduk dan plakat berisi hujatan kepada Risma dan Pemerintah Kota Surabaya memaksa masuk di tengah-tengah Risma.
Sontak, Risma pun mendatangi para PSK dan merebut salah satu plakat yang dibawa oleh salah satu PSK yang berada di barisan paling depan. "Ini apa-apa ini, mau di bantu kok tidak mau," teriak Risma sambil berusaha merebut papan tersebut.
PSK yang membawa spanduk tidak mau menyerah. Akibatnya, bentrok antara Risma dan massa tidak terhindarkan. Petugas kepolisian dan Satuan Pamong Praja langsung mengamankan Risma dari kerumunan massa. Sementara para massa bergeming dan melanjutkan unjuk rasa. "Jangan tutup lumbung kami. Pemerintah dzolim pada kami, pemerintah otoriter," teriak salah satu PKS dengan lantang.
Beberapa menit kemudian, Risma tetap meresmikan penutupan lokalisasi tersebut dengan membuka papan nama yang telah disiapkan. Dengan diringi salawat dan takbir, Risma membuka papan tersebut yang bertuliskan: Warga Klakah Rejo bebas prostitusi.
Risma mengatakan, dirinya akan terus berjuang menutup tempat-tempat lokalisasi yang ada di Surabaya. "Apapun rintangannya akan saya hadapi dan akan terus saya tutup," ujarnya.
Menurut Risma, penolakan yang dilakukan oleh para PSK dan muncikari merupakan hal yang biasa. Ia tetap yakin sebetulnya mereka tidak mau untuk jadi PSK. "Saya akan terus bantu mereka agar keluar dari bisnis maksiat ini," katanya.
ARIEF RIZQI HIDAYAT