Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Para Penggagas Dasar Negara: Sukarno Sampaikan Pancasila, Begini Pemikiran Muhammad Yamin dan Soepomo

image-gnews
Presiden pertama RI, Sukarno, berpidato di hadapan delegasi Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Bung Karno menunjukkan karismanya di hadapan kepala negara dari Asia dan Afrika. Lisa Larsen/The LIFE Picture Collection/Getty Images
Presiden pertama RI, Sukarno, berpidato di hadapan delegasi Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Bung Karno menunjukkan karismanya di hadapan kepala negara dari Asia dan Afrika. Lisa Larsen/The LIFE Picture Collection/Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap 1 Juni, Indonesia memperingati hari lahir Pancasila. Penetapannya berdasarkan surat Keputusan Presiden atau Keppres Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila. Peringatan ini sebagai wujud pentingnya mengingat sejarah lahirnya ideologi bangsa yang dicetuskan oleh para tokoh pahlawan bangsa.

Sejarah Pancasila lahir saat sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI) yang digelar pada 29 Mei – 1 Juni 1945 di Gedung Pancasila di Jalan Taman Pejambon, Jakarta Pusat. Selama tiga hari persidangan itu, para tokoh BPUPKI yang diketuai Dr Radjiman Wedyodiningrat membahas landasan dan rumusan dasar negara untuk kemerdekaan Indonesia. 

Radjiman mengawali sidang dengan meminta para anggota sidang untuk memberi pandangan mengenai rumusan dasar negara Indonesia. Tiga tokoh yang gagasannya tersohor, yaitu Sukarno, Muhammad Yamin, Dr. Soepomo. Namun, sebenarnya selama sidang tersebut ada 12 orang yang maju menyatakan gagasan mereka. Namun, gagasan dari tiga tokoh tersebut lebih dinilai mengandung makna filosofis yang diambil dari pandangan hidup bangsa Indonesia. Berikut profil singkat dari tiga tokoh yang berpengaruh dalam perumusan dasar negara pancasila:

 1. Sukarno

Sukarno menyampaikan pidatonya yang berjudul Lahirnya Pancasila tepat pada 1 Juni 1945. Ia mengemukakan idenya soal dasar negara yang berjumlah 5 dengan nama Pancasila. Secara etimologis, Pancasila berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata "panca" berarti lima dan kata "sila" berarti prinsip atau asas. Soekarno menyebutkan lima asas negara versinya, yaitu Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau Perikemanusiaan; Demokrasi; Keadilan Sosial; Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sukarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ia memiliki riwayat pendidikan di Eerste Inlandse School, Europeesche Lagere School (ELS) dan Hoogere Burger School (HBS) Surabaya. Ia kemudian melanjutkan pendidikan lanjutnya di ITB Bandung. Mengutip dari laman Puspen TNI, Sukarno mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1926. Soekarno mengambil ujian untuk gelar insinyur dan berhasil lolos pada 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama tokoh penting delapan belas insinyur saat itu. 

2. Muhammad Yamin 

Muhammad Yamin merupakan ahli hukum asal Sawahlunto menjadi tokoh pertama yang maju mengemukakan pandangannya terkait dasar negara Indonesia. Sebagai dasar negara, ia mengusulkan lima prinsip yakni Peri Kebangsaan; Peri Kemanusiaan; Peri Ketuhanan; Peri Kerakyatan; dan Kesejahteraan. 

Dasar negara yang dikemukakannya tak semata dirumuskan begitu saja. Mengutip dari laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Muhammad Yamin merupakan sosok yang beruntung bisa menikmati pendidikan hingga jenjang sarjana. Dia belajar di bidang hukum Recht Hogeschool (RHS), Jakarta dan berhasil mendapatkan gelar Meester in de Rechten ‘Sarjana Hukum’ pada tahun 1932. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain mahir di bidang hukum, Muhammad Yamin juga merupakan sosok yang mencintai dunia sastra, terutama sastra Belanda kala itu. Dirinya sangat menyukai membaca buku-buku yang meliputi banyak genre dan kisah, baik fiksi maupun non-fiksi. Hingga disebutkan bahwa pembacaan yang dia dapat dalam sastra Belanda diserap Yamin sebagai seorang intelektual sehingga mampu memadukan konsep sastra Barat dengan gagasan budaya yang nasionalis.

3. Dr. Soepomo

Dr. Soepomo mendapat kesempatan untuk menyampaikan pemikirannya tentang dasar negara pada 31 Mei 1945. Saat itu Dr. Soepomo mengungkapkan pentingnya dasar negara yang berlandaskan pada pandangan luhur masyarakat Indonesia. Ia mengemukakan rumusan dasar negara Indonesia yaitu Persatuan; Kekeluargaan; Keseimbangan lahir dan batin; Musyawarah; dan Keadilan Sosial.

Soepomo sendiri memiliki riwayat pendidikan sebagai sarjana hukum. Melansir dari laman Mendagri, ia mengawali sekolahnya di ELS (Europeesche Lagere School) di Boyolali (1917), MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Solo (1920), dan menyelesaikan pendidikan jurusan hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia pada tahun 1923. 

Setelah lulus dari sarjana hukum, Soepomo melanjutkan pendidikannya ke negeri Belanda, tepatnya di Rijksuniversiteit Leiden. Ia mendapatkan kesempatan untuk berada dalam bimbingan Cornelis van Vollenhoven, salah satu konseptor Liga Bangsa Bangsa. Van Vollenhoven juga dikenal sebagai seorang profesor hukum, khususnya "arsitek" ilmu hukum adat Indonesia dan ahli hukum internasional. Dalam kesempatan tersebut Soepomo mendapatkan banyak tambahan wawasan yang tak hanya soal hukum, tetapi juga soal kebudayaan masyarakat Indonesia sendiri. 

SAVINA RIZKY HAMIDA | RIZKI DEWI AYU

Pilihan Editor: 40 Link Twibbon Hari Lahir Pancasila, Silakan Unggah dan Tayang di Media Sosial Anda

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Legasi Faisal Basri untuk Ekonomi dan Demokrasi

1 hari lalu

Sebelum jatuh sakit, ekonom Faisal Basri yang kritis kepada pemerintah ini masih menyuarakan dukungannya kepada para petani di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, yang menolak tambang seng.
Legasi Faisal Basri untuk Ekonomi dan Demokrasi

Apa saja legasi Faisal Basri untuk ekonomi dan demokrasi Indonesia?


Dosen Unair Sebut Herman Hendrawan dan Petrus Bima Belum Diberikan Penghormatan yang Layak

6 hari lalu

Dosen FISIP Unair, Airlangga Pribadi Kusman, saat menyampaikan orasi di acara peringatan HAPPI 2024 di FISIP Unair, Sabtu, 31 Agustus 2024. Tempo/Myesha Fatina Rachman
Dosen Unair Sebut Herman Hendrawan dan Petrus Bima Belum Diberikan Penghormatan yang Layak

Penghormatan yang layak belum diberikan Unair kepada dua mahasiswa Unair korban penculikan, Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah.


Profil Arie Sujito Wakil Rektor UGM, Aktivis Kampus yang Dukung Kebebasan Berpendapat Mahasiswa

8 hari lalu

Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito. UGM.ac.id
Profil Arie Sujito Wakil Rektor UGM, Aktivis Kampus yang Dukung Kebebasan Berpendapat Mahasiswa

Arie Sujito kerap turun mendukung mahasiswa menyuarakan kritik terhadap pemerintah untuk menegakkan demokrasi. Ini profil Wakil Rektor UGM


Gagal Maju di Pilkada Jakarta, Anies Bilang Perjalanan Spiritual yang Harus Dinikmati

8 hari lalu

Mantan Gubernur Jakarta yang juga Mantan Calon Presiden Anies Baswedan saat menghadiri pembukaan Kongres III Partai NasDem di JCC, Jakarta, Minggu, 25 Agustus 2024. Partai NasDem menggelar Kongres ke III yang digelar pada 25-27 Agustus 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Gagal Maju di Pilkada Jakarta, Anies Bilang Perjalanan Spiritual yang Harus Dinikmati

Anies Baswedan menerima kegagalannya maju di Pilkada 2024. Dia meminta pendukungnya menjaga agar penyelenggaraan pilkada berjalan kondusif.


Demokrasi Indonesia sedang Tidak Baik, Reza Rahadian Ajak Semua Pihak Bersuara

10 hari lalu

Reza Rahadian. Foto: Instagram.
Demokrasi Indonesia sedang Tidak Baik, Reza Rahadian Ajak Semua Pihak Bersuara

Reza Rahadian mengajak semua masyarakat untuk bergerak dan bersuara merawat demokrasi Indonesia yang menurut dia sedang tidak baik.


Civitas Akademika UGM Nyalakan Lilin Bentuk Keprihatinan Demokrasi

11 hari lalu

Civitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) menyalakan lilin di bawah pohon bodhi di halaman Balairung UGM, Yogyakarta, Senin malam, 26 Agustus 2024. Dok UGM Melawan
Civitas Akademika UGM Nyalakan Lilin Bentuk Keprihatinan Demokrasi

Aksi yang dilakukan civitas akademika UGM itu dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi demokrasi akhir-akhir ini.


Sosok Sulistyowati Irianto Guru Besar FH UI Pendukung Putusan MK

12 hari lalu

Prof Sulistyawati Irianto Guru Besar FH UI. Foto: FHUI
Sosok Sulistyowati Irianto Guru Besar FH UI Pendukung Putusan MK

Sulistiyowati Irianto Guru Besar FH UI ikut menyuarakan poin-poin mengenai upaya kawal putusan MK dalam aksi unjuk rasa di Gedung MK.


Nur Fauzi Lulus Cumlaude dari UI , Ingin Jadi Pakar Hukum Disabilitas Kelas Dunia

12 hari lalu

Penyandang disabilitas visual Nur Fauzi Ramadhan saat mengikuti Wisuda Universitas Indonesia (UI) Semester Genap 2023/2024, Sabtu 24 Agustus 2024. Foto/Dok. UI
Nur Fauzi Lulus Cumlaude dari UI , Ingin Jadi Pakar Hukum Disabilitas Kelas Dunia

Menjadi disabilitas visual sejak remaja, Nur Fauzi lulus Sarjana Hukum UI dengan predikat cumlaude


Jokowi Punya Nama Kecil Mulyono, Bagaimana dengan Presiden RI yang Lain?

13 hari lalu

Poster-poster dalam aksi massa di depan Gedung DPRD Jatim
Jokowi Punya Nama Kecil Mulyono, Bagaimana dengan Presiden RI yang Lain?

Selain Jokowi yang punya nama kecil Mulyono, mendiang Presiden Sukarno dan Gus Dur juga memiliki nama belia.


Aksi Kawal Putusan MK, Guru Besar UGM: Pembuktian Anak Muda Sadar Demokrasi

13 hari lalu

Ribuan massa aksi unjuk rasa menolak revisi RUU Pilkada terlibat bentrok dengan pihak kepolisian saat menjebol jeruji pagar di salah satu sisi gedung DPR RI, Jakarta, Kamis 22 Agustus 2024. Kepolisian mengerahkan 2.013 personel gabungan untuk mengawal aksi demo di DPR RI. TEMPO/Subekti.
Aksi Kawal Putusan MK, Guru Besar UGM: Pembuktian Anak Muda Sadar Demokrasi

Guru Besar UGM Prof Koentjoro mengungkapkan kebanggaannya terhadap aksi mahasiswa kawal putusan MK.