TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dan politik, Faisal Basri meninggal pada Kamis, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta. Penerima penghargaan Pejuang Anti Korupsi 2003 ini dikabarkan masuk ke Intensive Care Unit RS Mayapada, Jakarta, akibat kelelahan setelah menemui petani di Sumatera Utara.
“Telah berpulang ke rahmatullah hari ini, Kamis, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta, suami, ayah, anak, abang, adik, uwak, mamak, kami tersayang: Bp. Faisal Basri bin Hasan Basri Batubara pada usia 65 tahun,” demikian kabar duka yang diterima Tempo melalui pesan yang diterima redaksi dari keluarga pada Kamis pagi.
Faisal Basri dikenal sebagai pengamat ekonomi dan politik yang konsisten mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilainya tak pro rakyat. Beberapa dia antaranya soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen per 1 Januari 2025, sentil kebijakan ekspor benih lobster, hingga sebut konglomerasi menjadi oligarki.
Sebagai pengkritik ulung, mendiang memang memiliki banyak pengalaman di bidang ekonomi dan politik, juga pendidikan. Lantas seperti apa pencapaian Faisal Basri?
1. Pencapaian Faisal Basri di bidang pendidikan
Faisal Basri menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau FEB UI pada 1985. Dia kemudian meraih gelar Master of Arts bidang ekonomi di Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika pada 1988.
Keponakan dari mendiang Wakil Presiden Ketiga RI Adam Malik ini memulai karier sebagai dosen di FEB UI untuk mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, dan Sejarah Pemikiran Ekonomi.
Faisal Basri juga pengajar pada Program Magister Akuntansi (Maksi), Program Magister Manajemen (MM), Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan (MPKP), dan Program Pascasarjana Universitas Indonesia sejak 1988 hingga sekarang.
Namanya pernah dicatat sebagai Peneliti pada Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FE UI pada 1981-1998. Juga sebagai pengajar pada Program Extension FE UI untuk mata kuliah Perekonomian Indonesia, Teori Makroekonomi, Metode Penelitian, Ekonomi Internasional, dan Organisasi Industri pada 1987-1998.
Faisal Basri juga merupakan Anggota Redaksi Jurnal Ekonomi Indonesia, diterbitkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) antara 1992-1998, dan Guest Editor pada NIPPON (Seri Publikasi Monograf Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia) pada 1995-1998.
Dalam rentang 1991-1998, Faisal Basri juga tercatat sebagai dosen pada Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia untuk mata kuliah Pengantar Ekonomi-Politik Hubungan Internasional; dan Jepang & Negara-negara Industri Baru, dan Ekonomi Politik Internasional.
Dia juga menjadi pengajar pada Program Pascasarjana UI, bidang studi Ekonomi, untuk mata kuliah Strategi dan Kebijakan Pembangunan; dan Program Studi Kajian Wanita; dan Program Studi Khusus Hubungan Internasional pada kurun 1995-1998.
Selain itu, antara 1996-1998, dia merupakan Anggota Dewan Redaksi Majalah Kajian Ekonomi-Bisnis “Media Eksekutif”, Program Extension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Juga sebagai Research Associate dan Koordinator Penelitian Bidang Ekonomi dalam rangka kerja sama penelitian antara Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia dengan University of Tokyo pada 1997-1998.
Dalam karier akademisnya itu, Faisal Basri pernah pula menjadi Ketua Jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan atau ESP FEBUI (1995-1998), dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta (1999-2003). Pada Agustus 1995, ia ikut mendirikan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Selain itu, sejak 1997 hingga sekarang, Faisal Basri merupakan Editorial Board, Jurnal Bisnis & Ekonomi Politik (Quarterly Journal of the Indonesian Economy), yang diterbitkan oleh INDEF. Dia juga menjadi Dewan Pengarah Jurnal Otonomi, diterbitkan oleh Yayasan Pariba pada 1999-2000.
2. Pencapaian Faisal Basri di bidang politik
Faisal Basri merupakan salah satu pendiri Majelis Amanat Rakyat Pada 14 Mei 1998, yang merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional (PAN) di mana ia ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal atau Sekjen. Dua tahun di PAN, dia akhirnya mengundurkan diri dari jabatan Sekjen pada 2000.
Dia kemudian diangkat menjadi Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan partai yang hanya dijalaninya selama setahun hingga mengundurkan diri dari partai.
Pada 2006, Faisal Basri ikut mendaftarkan diri sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta dalam proses seleksi oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP. Setelah gagal, ia kembali ikut Pilgub DKI Jakarta 2011.
Kala itu Faisal Basri menggandeng Biem Benyamin, putra tokoh legendaris Betawi Benyamin Sueb maju dari jalur independen. Tetapi dia tidak berhasil memenangkan pemilu, di mana Joko Widodo atau Jokowi, calon dari PDIP, yang terpilih.
3. Pencapaian Faisal Basri di bidang organisasi
Faisal Basri tercatat turut mendirikan dan bergabung dengan beberapa organisasi nirlaba. Di antaranya Pergerakan Indonesia, Forum Indonesia Damai, Komisi Darurat Kemanusiaan, Dewan Tani Indonesia, Yayasan Harkat Bangsa, Global Rescue Network, dan Yayasan Pencerahan Indonesia.
Faisal Basri pernah jadi Redaktur Ahli Koran Mingguan “Metro” pada 1999-2000. Pada 2000 hingga 2006, ia diangkat menjadi anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
4. Pencapaian Faisal Basri di bidang pemerintahan
Sementara di bidang pemerintahan, Faisal Basri pernah mengemban amanah sebagai anggota Tim Perkembangan Perekonomian Dunia pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN (1985-1987) dan anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI (2000).
Dia juga tercatat sebagai Tenaga Ahli pada proyek di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi pada 1995-1999. Sebelumnya, pada 1994-1995, dia adalah Pakar Ekonomi pada P3I DPR-RI.
Faisal Basri juga merupakan Koordinator Bidang Ekonomi, Panitia Kerja Sama Kebahasaan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim) pada 1993-1997.
5. Penghargaan Faisal Basri
- Dosen Teladan III Universitas Indonesia (1996).
- Penghargaan “Pejuang Anti Korupsi 2003,” diberikan oleh Masyarakat Profesional Madani (MPM), Gedung Joang 45, Jakarta, 15 Januari 2004.
- “FE UI Award 2005″ untuk kategori prestasi, komitmen dan dedikasi dalam bidang sosial kemasyarakatan, Depok, 17 September 2005.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | GRACE GANDHI | ISTIQOMATUL HAYATI | DELFI ANA HARAHAP | RADEN PUTRI
Pilihan Editor: Kilas Balik Mahfud Md Menunjuk Faisal Basri sebagai Tenaga Ahli Satgas TPPU