TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila Japto Soelistyo Soerjosoemarno mengatakan ada anggapan di kalangan para anggotanya lebih baik masuk penjara ketimbang dipecat.
"Kami punya identitas militansi dan solidaritas yang sangat kuat. Sampai di anak-anak, kami ada istilah, kalau dia bikin salah, daripada dipecat, mending digebukin. 'Pak, saya jangan dipecat, digebukin saya maulah, dipenjara saya mau.' Sampai begitu," kata Yapto seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 11 Desember 2021.
Japto menceritakan bahwa ketika dibentuk pada 1959, ormas PP merekrut putra dan putri Indonesia yang bisa bertempur. Ormas diisi dengan jagoan di pasar, sekolah, kampus, dan lokasi umum lainnya untuk menghadapi ancaman fisik dari agresi luar negeri.
Ia mengatakan para anggotanya ini bukan kriminal. Zaman dulu, kata dia, personel polisi dan tentara masih minim. “Sehingga untuk mengamankan pasar ada jagoan yang menentukan lapak. Ini kan preman-preman karena enggak ada bosnya, tapi mereka dibutuhkan saat itu,” ujarnya.
Menurut Japto, anggota Pemuda Pancasila kebanyakan adalah orang-orang bebas yang bisa ikut membantu menertibkan lingkungan. "Sehingga di pasar-pasar ya yang jadi jagoan yang ngamanin, dia yang mengatur. Lu boleh lapak di sini, lapak di situ, biasanya gitu. Itu sudah terbiasa dari zaman Belanda," kata Japto.
Bagaimana sepak terjang Pemuda Pancasila? Baca selengkapnya di Majalah Tempo edisi 11 Desember 2021.
TIM MAJALAH TEMPO
Baca juga: Japto Sebut Pemuda Pancasila Bukan Kriminal