TEMPO.CO, Jakarta - Majalah Tempo diberedel kedua kalinya pada 21 Juni 1994. Hari ini, tepat 22 tahun pasca-pembredelan, Tempo kembali "berperang" dengan sejumlah pihak yang mencaci maki majalah mingguan tersebut.
Komisaris Utama Tempo, Goenawan Mohamad, meminta semua awak redaksi tidak mudah panas dan terpancing pihak-pihak yang mencaci maki. Menurut pria yang akrab disapa GM ini, yang terpenting Tempo berperang mempertahankan kepercayaan.
Goenawan menyebut pihak yang tengah menghina Tempo merupakan aparat pertahanan sipil (hansip). "Saudara-saudara ini (redaksi) kan pasukan khusus," kata GM di gedung Tempo, Selasa, 21 Juni 2016.
Belakangan , banyak pihak yang gencar menyerang Tempo di media sosial. Mereka adalah kelompok yang merasa tidak sepaham dengan laporan serta pemberitaan Tempo soal Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam pusaran kasus suap reklamasi dan aliran dana kepada Teman Ahok, kelompok pendukung Basuki.
Kendati demikian, GM meminta awak Tempo untuk tidak jumawa. "Jadilah seperti samurai. Digempur, diam, tapi sekali menyerang, musuh mati," katanya.
Goenawan menegaskan, Tempo bukan media pesanan atau media pendukung salah satu tokoh tertentu. Tempo, menurut dia, tetap akan menjadi media yang transparan dan siap menjadi partner mencari kebenaran.
Majalah Tempo dibredel dua kali selama masa penerbitannya. Pembredelan pertama terjadi pada 12 April 1982. Tempo, yang saat itu berusia 12 tahun, dibredel oleh Departemen Penerangan melalui surat yang dikeluarkan oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo.
Dalam suratnya, Tempo dianggap telah melanggar kode etik pers. Ide pembredelan itu sendiri datang dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang saat itu dipimpin oleh Harmoko, wartawan Pos Kota.
Setelah terbit kembali pada 7 Juni 1982, Pada 21 Juni 1994, Tempo kembali dibredel. Jika sebelumnya Tempo dibredel karena memberitakan kampanye Partai Golkar yang rusuh, kali ini pembredelan diduga karena majalah tersebut menulis berita tentang pembelian kapal perang eks Jerman Timur oleh B.J. Habibie.
Walau dibredel, Tempo tetap eksis menyapa pembacanya. Pada 1996, Tempo meluncurkan majalah digital pertama di Indonesia, Tempo Interaktif. Ahirnya, Tempo kembali terbit setelah reformasi pada 6 Oktober 1998.
INGE KLARA SAFITRI