TEMPO.CO, Jakarta - Majalah Tempo edisi perdana terbit 6 Maret 1971, artinya hari ini Tempo berusia 53 tahun. Majalah Tempo didirikan enam wartawan, yakni Goenawan Mohamad (GM), Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, Usamah, dan Christianto Wibisono, yang melakukan rapat dengan Ciputra, pendiri atau ketua Yayasan Jaya Raya, serta Eric Samola, yang menjabat sebagai sekretaris, di kantor Ciputra di kawasan Proyek Senen. Rapat ini menghasilkan pembentukan majalah Tempo dengan modal dari Yayasan Jaya Raya.
Sebelum bernegosiasi dengan Ciputra, asal-usul berdirinya Tempo dimulai secara tidak langsung pada 1969. Pada waktu itu, sekelompok pemuda memiliki impian untuk menciptakan majalah berita mingguan. Upaya ini menghasilkan terbitnya majalah bernama Ekspres, dengan beberapa tokoh seperti GM, Fikri Jufri, Christianto Wibisono, dan Usamah menjadi bagian dari pendiri dan pengelola awal. Berikut, sekilas profil pendiri Majalah tempo.
1. Goenawan Mohamad
Pada tanggal 29 Juli adalah hari ulang tahun Goenawan Mohamad, seorang tokoh budaya, jurnalis, dan sastrawan yang turut mendirikan Majalah Tempo. Ia dilahirkan di Batang, Jawa Tengah pada tanggal 29 Juli 1941. Ketertarikan Goenawan Mohamad terhadap puisi sudah tampak sejak masa sekolah dasar, dimana ia sering mendengarkan acara puisi di RRI. Pada usia 19 tahun, Goenawan Mohamad pernah menerjemahkan puisi Emily Dickinson ke dalam Bahasa Indonesia.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Nama Goenawan Mohamad mulai dikenal di kalangan intelektual pada tahun 1960-an. Seiring berakhirnya Orde Lama, ia bersama beberapa rekan, seperti Trisno Sumardjo, Wiratmo Soekito, Taufiq Ismail, Arief Budiman, dan H.B. Jassin, menyusun Manifes Kebudayaan pada tahun 1964.
Selain aktif di dunia jurnalistik, Goenawan Mohamad juga terlibat dalam seni. Ia menulis teks drama pewayangan Wisanggeni (1995), yang dipentaskan oleh Dalang Sudjiwo Tedjo, dan Alap-alapan Surtikanti (2002), yang dipentaskan oleh Dalang Slamet Gundono. Di samping itu, ia juga menulis skenario untuk drama tari Panji Sepuh, yang dikoreografi oleh Sulistio Tirtosudarmo.
2. Harjoko Trisnadi
Lahir di Demak pada tanggal 22 Juni 1930, Pak HT, atau yang dikenal dengan nama awalnya Joppie Kho Tiang Hoen, memulai karirnya sebagai wartawan di Majalah Star Weekly di bawah kepemimpinan tokoh pers Petrus Kanisius (P.K) Ojong, salah satu pendiri Koran Kompas bersama Jacob Oetama, pada tahun 1952. Dia banyak belajar tentang jurnalisme dan manajemen media dari tokoh pers yang dikenal sebagai idealis dan pekerja keras itu.
Setelah sembilan tahun menjadi wartawan, Star Weekly dibredel oleh pemerintah Orde Lama pada tahun 1961. Salah satu penyebabnya adalah karena tulisan-tulisan di majalah tersebut sering mengkritik kebijakan luar negeri pemerintah pada saat itu, yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Dr. Soebandrio, sekutu dekat Bung Karno.
3. Fikri Jufri
Fikri Jufri adalah seorang tokoh jurnalistik yang lahir di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1936. Ia merupakan seorang muslim. Pendidikan formalnya mencakup Algemene Lagere School (ALS), SMP Negeri X, dan SMA Kristen Pintu Air, semuanya di Jakarta. Ia juga menghadiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI), meskipun tidak menyelesaikan skripsi. Selain itu, ia mengikuti Seminar untuk Penulis Ekonomi di Manila pada tahun 1968 dan menerima Fellowship Jurnalistik Profesional di Universitas Stanford, AS, pada tahun 1972/1973.
Karir jurnalistik Fikri Jufri dimulai sebagai reporter di Harian Kami pada tahun 1967-1968 dan kemudian sebagai reporter di Harian Pedoman pada tahun 1968-1969. Ia kemudian menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Berita Mingguan Ekspres pada tahun 1970.
Posisi terakhirnya adalah sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Berita Mingguan Tempo sejak tahun 1971 hingga saat ini. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Direktur Pemasaran PT Grafitipers, Pemimpin Redaksi/Pemimpin Umum Majalah Bulanan Matra sejak tahun 1986, dan Direktur PT Bina Media Tenggara, penerbit The Jakarta Post.
4. Christianto Wibisono
Christianto pernah menjadi anggota PSI pada 25 April 2018 dan menjadi calon anggota legislatif dari PSI untuk daerah pemilihan DKI Jakarta. Selama hidupnya, Christianto dikenal sebagai seorang analis bisnis terkemuka, alumni Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (FHIPK) Universitas Indonesia, serta sebagai penulis dan kolumnis. Dia juga aktif dalam menyuarakan kebebasan pers pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Karir kepenulisannya dimulai saat dia menjadi penulis di surat kabar Harian KAMI yang pertama kali terbit pada Juni 1966. Christianto juga terlibat dalam pendirian Majalah Tempo bersama Goenawan Mohamad, Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, dan Usamah pada tahun 1971.
ANGELINA TIARA PUSPITALOVA | MOHAMMAD HATTA MUARABAGJA
Pilihan Editor: 53 Tahun Majalah Tempo Berdiri Meski Berkali-kali Alami Pembredelan dan Teror