TEMPO.CO, Bogor - Wafatnya Prof Dr Ir Go Ban Hong, mantan guru besar ilmu tanah di Institut Pertanian Bogor, meninggalkan kesan tersendiri di mata keluarga dan sivitas Institut Pertanian Bogor (IPB). Go Ban semasa hidupnya dikenal sebagai sosok yang memegang teguh prinsip.
Ia berani menolak mentah-mentah konsep 1 juta hektare lahan gambut pada masa pemerintahan Orde Baru. "Salah satu prinsipnya yang fenomenal yakni tidak setuju dan menolak kebijakan pembukaan 1 juta hektare lahan gambut pada masa pemerintahan Orde Baru," kata Juanda H. Sidabutar, menantu dari Prof Dr Ir Go Ban Hong, saat ditemui di Rumah Duka Sinar Kasih, Sabtu, 8 Agustus 2015.
Saat itu, kata Juanda, Pak Go memberikan ilustrasi bahwa lahan gambut sangat tinggi asamnya, menghasilkan karbon tinggi, dan tidak sembarangan tumbuhan bisa hidup. "Beliau yang sangat menolak karena paham betul dengan kondisi lahan dan tanah."
Prinsip lain yang juga dipegang teguh almarhum adalah memutuskan untuk tidak mengkonsumsi nasi. Menurut Go Ban, nasi merupakan salah satu sumber yang mengakibatkan banyak masyarakat Indonesia terserang penyakit, salah satunya penyakit gula.
"Beliau merupakan pakar tanah, tapi beliau juga yang memutuskan untuk tidak akan makan nasi sebelum Indonesia swasembada beras," ujar Juanda.
Juanda menambahkan, saat itu beliau tidak sepakat bahwa masyarakat Indonesia semuanya dipaksa harus makan nasi. Bagaimana dengan masyarakat yang makanan pokoknya sagu, itu tentu akan berdampak besar.
Dengan memaksakan perubahan pola makan, kata Go Ban waktu itu, berarti pemerintah harus mengubah dan membangun sistem lahan yang tadinya rawa subur dengan pohon sagu menjadi persawahan untuk bercocok tanam padi. "Bukan hanya biaya yang sangat mahal, tapi juga memerlukan proses dan mengubah kultur masyarakat. Itu salah satu protes beliau kepada pemerintah," tutur Juanda.
Meskipun tegas, disiplin, dan berwatak keras, Prof Dr Ir Go Ban tidak otoriter kepada anak, menantu, serta cucunya. "Beliau tidak memaksakan keluarga untuk mengikuti jejak tidak makan nasi, tapi hanya berpesan untuk mengurangi konsumsi nasi," ucap Juanda.
Menurut Juanda, Pak Go juga tidak pernah melarang dan menghalang-halangi anak-anaknya untuk memilih pasangan hidup, meski merupakan keturunan Tionghoa.
M. SIDIK PERMANA