TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Barat periode 1970-1975 Solihin GP (Gautama Purwanegara) meninggal di Bandung pada Selasa dini hari, 5 Maret 2024 pukul 03.08 WIB. Pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) itu wafat di usia 97 tahun.
“Beliau meninggal di Rumah Sakit Advent Bandung,” kata Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi DPKLTS Taufan Suranto, Selasa, 5 Maret 2024.
Seperti dilansir Antara, semasa hidupnya, suatu kali purnawirawan TNI bintang tiga itu merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung pada Sabtu, 22 Juli 2006. Dalam kesempatan itu, mantan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu menyampaikan kuliah umum berjudul "Kaidah-kaidah Penyelamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari Kehancuran".
Pembacaan kuliah umum dari pejuang kemerdekaan 1945 itu dihadiri oleh sekitar 750 undangan yang memenuhi Aula Unpad, termasuk Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan, dan Wali Kota Bandung Dada Rosada.
Tokoh yang akrab disapa Mang Ihin itu menyoroti dua hal penting dalam penyelamatan NKRI, yaitu memberantas budaya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), serta menekankan perlunya kepemimpinan yang diharapkan masyarakat sesuai dengan cita-cita NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam pidato bernada berapi-api itu, penggemar mobil antik itu juga mengajak masyarakat kembali ke konsep dasar atau back to basic, yang disebutnya kembali ka pamiangan, dalam mengelola lingkungan hidup, seperti menerapkan paket pedesaan yang tidak hanya berteori saat menanam padi dan mengelola sampah.
Setelah acara, Mang Ihin membagi-bagikan cendera mata kepada seluruh undangan yang hadir berupa buku setebal 185 halaman bersampul hitam putih berisikan pandangan sejumlah tokoh terhadap Solihin GP.
Solihin GP lahir di Tasikmalaya pada 21 Juli 1926 dari pasangan Haji Abdulgani Poerwanegara dan Siti Ningrum. Berasal dari keluarga menak atau priyayi Sunda, dia berkesempatan sekolah hingga tingkat menengah tinggi di Tasikmalaya. Dari kisahnya di buku The Trouble Shooter, 80 Tahun Solihin GP, dia menjadi pejuang semasa sekolah itu ketika Agresi Militer Belanda yang pertama pada 1947.
ANWAR SISWADI | ANTARA
Pilihan editor: PSI Sebut 'Kaesang Effect' Tingkatkan Perolehan Suara di Daerah