TEMPO.CO, Jakarta - Perseteruan antara Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi dan Hakim Agung Gayus Lumbuun, yang berawal Oktober lalu, masih belum mereda. Gayus masih berharap mendapat penjelasan soal pengelolaan keuangan Mahkamah yang dinilainya kurang transparan.
Perseteruan ini bermula dari rumor mengenai meja kerja Nurhadi yang bernilai Rp 1 miliar. Majalah Tempo mendapat kesempatan menengok sendiri meja kerja Nurhadi di kantor MA, di Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Laporan lengkapnya dimuat di edisi Senin, 12 November 2012, dan bisa dibaca di sini.
Baca juga:
Ruang kerja Nurhadi memang tertata apik. Posisinya memanjang di sudut utara dan barat lantai satu gedung utama Mahkamah Agung. Satu sisi ruangan berdinding kaca tembus pandang ke jalan dan area parkir. Sisi lain dibatasi dinding kecokelatan bermotif kayu. “Dulu ruangan ini gudang. Berantakan,” kata Nurhadi, Kamis pekan lalu.
Ruangan ditata menjadi tiga bagian. Di dekat pintu masuk, sofa kulit terpasang mengelilingi meja segi empat, membelakangi lukisan kaligrafi. Bagian tengah ruangan dibiarkan kosong. Di sini terhampar karpet tebal berwarna cokelat susu, senada dengan lantai krem bermotif kayu. Di ujung ruangan, meja kerja panjang terpasang membelakangi rak buku.
Menurut Nurhadi, ruangan itu dia bangun dengan uang sendiri setelah ia dilantik menjadi Sekretaris Mahkamah Agung, Desember tahun lalu. Selain itu, ruang kerja, ruang tunggu tamu, ruang rapat, dan ruang 20 anggota staf ditata dengan interior berbahan kombinasi kulit, kayu, dan baja. “Habis Rp 300 jutaan,” ujarnya.
Hal serupa dia lakukan ketika menjabat Kepala Biro Hukum dan Humas MA. Dia merapikan ruangan biro dengan uang sendiri, lalu menghibahkan semua perabotan untuk pejabat pengganti dia.
JAJANG JAMALUDIN, SUKMA N. LOPIES
Berita Terpopuler:
Soedirman dan Keris Penolak Mortir
Soedirman, Kisah Asmara di Wiworo Tomo
Cerita Kesaktian Soedirman
Soedirman, Bapak Tentara dari Banyumas
Soedirman, Sang Jenderal Klenik