INFO NASIONAL - Penjabat (Pj) Wali Kota Ambon, Bodewin M. Wattimena membuat berbagai inovasi untum mempercepat pembangunan dan meningkatkan pelayanan publik di Kota Ambon. Inovasi menjadi kata kunci bagi Wattimena dalam upaya mengatasi ketertinggalan dan memajukan Kota Ambon.
Salah satu inovasi yang ia buat adalah program Orang Tua Asuh untuk mengatasi permasalahan stunting di Kota Ambon. Dalam program ini, pejabat struktural Eselon II dan III bertindak sebagai orang tua asuh yang setiap bulannya wajib mengalokasikan pemenuhan gizi seperti susu, vitamin, dan protein hewani untuk anak-anak yang mengalami stunting. Program ini diharapkan dapat membantu mengurangi angka stunting.
Inovasi lainnya yang diinisiasi oleh Wattimena adalah program Kalesang Kintal Kosong. Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal dengan mendorong masyarakat memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah mereka untuk menanam sayur-mayur. Ide awal Wattimena sederhana, yaitu mengubah lahan tidur menjadi lahan produktif. Program ini bisa membantu pemerintah dalam menekan inflasi daerah. Bahkan program ini berhasil menjuarai penilaian inovasi daerah Provinsi Maluku atau Maluku Innovation (MI) Award Tahun 2024.
"Kita sediakan aplikasi, lalu masyarakat yang memiliki lahan kosong bisa memotret dan mengunggahnya ke aplikasi tersebut. Dinas pertanian akan mengidentifikasi apakah lahan tersebut bisa ditanami dan jenis tanamannya, serta memberikan bibitnya. Dari sisi penilaian Pemprov Maluku, inovasi ini bisa membantu pengendalian inflasi di kota Ambon," ujarnya.
Wattimena juga menciptakan inovasi untuk membangkitkan ekonomi masyarakat melalui program JIKU BATA atau Sudut Balai Kota. UMKM lokal Kota Ambon yang terpilih bisa menjajakan produknya di Sudut Balai Kota. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan UMKM lokal dan mempromosikan produk-produk mereka.
Program lainnya adalah Wali Kota Jumpa Rakyat atau WAJAR yang bertujuan meningkatkan pelayanan publik melalui tatap muka langsung dengan masyarakat. Setiap Jumat pagi, masyarakat bisa datang ke balai kota untuk menyampaikan aspirasi, keluhan, atau persoalan yang dihadapi. Program ini dirancang untuk menjangkau masyarakat yang mungkin enggan menyampaikan keluhan secara formal karena kendala waktu atau aturan administratif.
"Selama dua jam penuh, masyarakat yang berprofesi sebagai PKL, pengayuh becak, atau pengojek, dengan pakaian sehari-hari mereka, dapat datang dan menyampaikan aspirasi mereka kepada Pj. Wali Kota Ambon. Semua keluhan akan ditanggapi dan ditindaklanjuti oleh pimpinan OPD (Organisasi Pemerintah Daerah) yang mendampingi," kata dia.
WAJAR, menjadi kesempatan bagi Wattimena mengevaluasi kinerja OPD di lingkup Pemkot Ambon. Keluhan tentang air bersih, jalan rusak, atau masalah pasar akan langsung ditanggapi oleh dinas terkait sehingga memungkinkan evaluasi langsung terhadap respons dan kinerja masing-masing OPD.
Wattimena berharap, inovasi-inovasi ini dapat terus dikembangkan oleh OPD terkait di Pemkot Ambon, bahkan jika dirinya tidak lagi menjabat. Baginya, prinsip utama bukanlah siapa pemimpin kota, tetapi bagaimana seluruh OPD dapat terus mengembangkan inovasi yang ada demi kemajuan kota Ambon.
"Prinsipnya bukan pada siapa yang memimpin kota, tapi bagaimana seluruh OPD dapat mengembangkan inovasi yang sudah ada, karena membangun kota ini butuh inovasi," kata dia.
Ia berharap, berbagai inovasi yang telah diluncurkan bisa membuat Kota Ambon terus maju dan berkembang, mengejar ketertinggalan dan memberikan pelayanan publik yang lebih baik bagi seluruh masyarakat.(*)