TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia atau Kapuspen TNI, Mayor Jenderal Hariyanto membantah klaim Organisasi Papua Merdeka (OPM) ihwal operasi militer TNI-Polri untuk bebaskan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens. Dia mengatakan, tidak ada pengerahan pasukan dan operasi khusus dalam misi membebaskan pilot asal Selandia Baru itu.
"Sampai saat ini tidak ada operasi militer khusus yang dikerahkan," katanya saat dihubungi, Jumat, 20 September 2024.
Ia mengungkapkan, keberadaan aparat keamanan TNI-Polri di wilayah Papua, khususnya Nduga merupakan tugas lain yang tak berkaitan dengan misi pembebasan pilot. Menurut dia, keberadaan TNI-Polri di wilayah Papua dalam rangka membantu pemerintah untuk meningkatkan pembangunan, perekonomian, dan kesejahteraan masyarakat setempat.
"Serta menjaga kondusifitas wilayah dan menjamin keamanan masyarakatnya di dalam melaksanakan kehidupan sosial," ujarnya.
TNI-Polri, kata Hariyanto, ingin memastikan tak ada gangguan ataupun intimidasi ke warga sipil oleh OPM. Sebab, ujarnya, gangguan OPM yang tak sejalan dengan pemerintahan Indonesia itu telah membuat aktivitas kehidupan tidak normal di beberapa wilayah Papua.
"Termasuk Kabupaten Nduga, yang masyarakatnya selalu hidup dalam gangguan, intimidasi, dan diputar balik fakta oleh OPM agar aparat pergi," ucapnya.
Dia menyatakan, aparat keamanan TNI-Polri tetap mengedepankan upaya damai dalam bernegosiasi dengan kelompok kriminal bersenjata itu. Hariyanto mengatakan, upaya damai itu dilakukan untuk membebaskan Philip Mark yang sudah disandera sejak Februari 2023.
Sebelumnya, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM, Sebby Sambom mengklaim adanya upaya operasi militer yang dilakukan oleh TNI untuk membebaskan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens yang disandera kelompok pimpinan Egianus Kogeya. Ia mengatakan, operasi militer itu terjadi pada Kamis, 19 September 2024.
"Militer Indonesia telah melakukan pendoropan pasukan dan penambahan alutsista perang berupa tank dan senjata," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat, 20 September 2024.
Dia mengungkapkan, operasi militer dan distribusi pasukan itu dilakukan melalui jalur udara. Sebby menyebut, pihaknya melihat helikopter militer memasuki wilayah Distrik Mbua, Nduga, Papua.
"Sejak pagi hingga sore, militer Indonesia telah meningkatkan operasi udara di wilayah perkampungan warga sipil dari Mbua ke Alguru," ujarnya.
Menurut dia, operasi militer Indonesia ini dilakukan untuk misi pembebasan pilot asal Selandia Baru tersebut. Padahal, katanya, kelompok kriminal bersenjata itu telah meminta pemerintah Indonesia untuk menghentikan operasi militer melalui udara.
"Pemerintah Indonesia segera hentikan operasi militer di Nduga dan seluruh wilayah Papua," ucap Sebby.
Pilihan Editor: Permintaan TPNPB-OPM ke Pemerintah Indonesia soal Pembebasan Pilot Susi Air, Apa Saja?