Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hari Pahlawan: Kisah Pencarian Nasab Bung Tomo di Sumedang  

image-gnews
dok. Indonesia Merdeka
dok. Indonesia Merdeka
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Putra Bung Tomo, Bambang Sulistomo, mencoba mengingat berbagai cerita ihwal nasab Bapaknya, Bung Tomo. Sebab, beberapa kali Bung Tomo selalu menceritakan bahwa dirinya adalah keturunan perpaduan orang Sumedang dan Madura.

“Ceritanya, Bapak itu adalah keturunan “ulama” dari Sumedang dengan istri dari Madura, makanya kami semua terheran-heran dan selalu ingin mencari tahu kepastiannya,” kata Bambang kepada Tempo, Kamis, 10 Nopember 2016.

Pada suatu saat ketika Bambang bertugas ke Sumedang, ia bertanya kepada seorang tukang becak yang mangkal di depan warung tahu Sumedang tentang letak makam leluhur yang tertua di Sumedang. Tukang becak itu memberi informasi dua tempat, salah satunya adalah makam pangeran Sumedang Larang, dan satunya yang paling tua, yaitu Prabu Gesan Ulun. “Akhirnya saya memilih yang saya rasakan makam paling tua,” ujarnya.

Baca juga:
Pemerintah Pusat Usul Markas Radio Bung Tomo Jadi Museum
Risma Bingung Merekonstruksi Markas Radio Bung Tomo

Bambang berujar, perjalanan ke makam tersebut cukup sulit karena jalanan untuk kendaraan cukup tajam menanjak. Akhirnya dia tiba di kawasan makam tua tersebut. Menurut dia, tempat itu kawasan makam tua yang sangat indah, hampir menyerupai kawasan makam di Imogiri Jogjakarta.

“Tiba di makam itu, ada salah satu orang yang menghampiri saya, dan menjelaskan bahwa makam itu merupakan makam Prabu Gesan Ulun selaku pendiri Kerajaan Sumedang,” tutur dia.

Ketika akan menghampiri makam tersebut, Bambang mengaku melihat salah satu makam yang terlihat beda. Ternyata, makam itu adalah makam istri Prabu Gesan Ulun yang berasal dari Pulau Madura. “Saya benar-benar terkejut bercampur gembira, karena saya teringat beberapa kali cerita Bapak tentang asal muasal nasabnya,” kata dia.

Tanpa berpikir panjang, Bambang mengaku berziarah di dua makam tersebut sembari mengirimkan doa kepada kakek dan neneknya itu. Ia juga tidak menyangka bahwa kunjungan yang tidak sengaja itu akan menemukan makam kakek dan neneknya itu.

Pada kesempatan lain, kata Bambang, Bung Tomo pernah berkali-kali cerita bahwa semasa pertempuran 10 November 1945 dan masa-masa bergerilya sesudah itu, ada “pasukan gerilyawan” yang menyatakan berasal dari Sumedang Jawa Barat. Mereka menyatakan siap bergabung untuk mengawal khusus keselamatan Bung Tomo.

“Pasukan ini pun menyerahkan sebuah “pusaka Sumedang” kepada Bapak,” ujarnya.

Namun, untuk mencari tambahan “kebenaran” tentang cerita Bung Tomo itu, Bambang mengaku secara khusus berkunjung ke museum kasepuhan Sumedang untuk mencari “silsilah” eyang Prabu Gesan Ulun. Kebetulan, saat itu bertemu dengan Ir Lukman sebagai kepala sekretariat kasepuhan Sumedang. “Saya hanya bercerita ingin tahu silsilahnya, tapi sama sekali tidak memberi tahu siapa saya sebenarnya,” kata dia.

Baca juga:
Menteri Khofifah: Istri Bung Tomo Bisa Diberi Gelar Pahlawan

Keluarga Pahlawan Minta Pemerintah Lindungi Rumah Bersejarah  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kala itu, Lukman menceritakan salah satu keturunan Prabu Gesan Ulun dari istrinya eyang Putri Harisbayah yang diminta untuk membantu perjuangan Sultan Agung di kerajaan Mataram. Namun, karena kena Fitnah, Putra Prabu Gesan Ulun itu membiarkan dirinya dihukum mati untuk menunjukkan kesetiannya kepada Sultan Agung.

“Jenazahnya dipotong beberapa bagian, satu bagian dimakamkan di salah satu gerbang di Kota Gede Jogjakarta. Keluarga besar kasepuhan Sumedang sudah berziarah ke makam tersebut,” katanya.

Ternyata, cerita tentang Prabu Gesan Ulun yang didapatkannya dari beberapa sumber di Sumedang, termasuk cerita dari Lukman tidak jauh berbeda dengan cerita yang didapatkan dari Bung Tomo pada masa hidupnya.

“Hanya saja, saya baru tahu bahwa Prabu Gesan Ulun merupakan pendiri kerajaan Sumedang, dan mungkin juga merangkap sebagai pimpinan ulama di Sumedang saat itu.”

Sejak bertemu dengan Lukman, Bambang mengaku selalu diundang dalam acara halal bilhalal kasepuhan Sumedang yang selalu diadakan di kantor Kabupaten Sumedang. Bambang mengaku selalu menyempatkan hadir apabila tidak berhalangan.

“Pasti saya usahakan datang, karena saya merasakan bertemu dengan keturunan-keturunan dan pewaris pejuang Sumedang,” kata dia.

Sampai suatu saat setelah beberapa kali mengikuti halal bihalal, barulah mereka mengetahui bahwa Bambang adalah Putra Bung Tomo pejuang Surabaya. “Makanya, saya ceritakan semua hal yang pernah bapak ceritakan kepada saya tentang Sumedang,” tuturnya.

MOHAMMAD SYARRAFAH

Baca juga:
Kisah Bung Tomo: Mata yang Lelah di Rumah Allah (1)
Di Mana Posisi Bung Tomo Saat Pertempuran 10 November?  

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Alasan Kakek Presiden Prabowo Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

8 hari lalu

Margono Djojohadikusumo. WIkipedia
Alasan Kakek Presiden Prabowo Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Sebuah lembaga riset dan konsultasi menyatakan, kakek Presiden Prabowo layak menjadi pahlawan nasional.


43 Tahun Bung Tomo Berpulang, Jejak Salah Satu Ikon Pahlawan Nasional

29 hari lalu

Bung Tomo dalam rapat umum di Malang, April 1947. Dok Tempo/IPPHOS
43 Tahun Bung Tomo Berpulang, Jejak Salah Satu Ikon Pahlawan Nasional

Bung Tomo meninggal dunia 43 tahun yang lalu pada 7 Oktober di Arab Saudi. Berikut perjuangan salah satu ikon pahlawan nasional asal Surabaya.


Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

33 hari lalu

Sultan Hamengkubuwono IX setelah dinobatkan, 18 Maret 1940. Dok. Perpustakaan Nasional/ Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Rekam Jejak Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia: Memilih Bersama NKRI

Kontribusi Sultan Hamengkubuwono IX untuk Indonesia terekam dalam sejarah. Ia mendukung Sukarno-Hatta dengan segala daya upaya.


Usulan Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto Tuai Protes dari Berbagai Pihak

35 hari lalu

Presiden ke-2 Soeharto. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Usulan Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto Tuai Protes dari Berbagai Pihak

Protes soal pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto disampaikan Amnesty Internasional Indonesia, parpor, hingga pelopor Aksi Kamisan.


Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ketahui Syaratnya Menurut Undang-Undang

35 hari lalu

Mantan Presiden Soeharto bersama anak-anak. Youtube.com
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ketahui Syaratnya Menurut Undang-Undang

Aturan pemberian gelar pahlawan nasional tertuang dalam Pasal 25 dan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009


Kota Surabaya Raih Layanan Investasi Terbaik Nasional

35 hari lalu

Penjabat Sementara Wali Kota Surabaya Restu Novi Widiani (Tengah) beserta jajaran foto bersama saat menerima penghargaan Anugerah Layanan Investasi (ALI) 2024, di Grand Ballroom Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Senin, 30 September 2024. Dok. Pemkot Surabaya
Kota Surabaya Raih Layanan Investasi Terbaik Nasional

Surabaya berhasil mendapat penghargaan sebagai Kota dengan Predikat Terbaik dalam ALI 2024. Penghargaan sebagai Kota Terbaik merupakan wujud atas hasil PTSP dan PPB 2024.


Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Apa Tanggapan PDIP?

36 hari lalu

Presiden ke-2 Soeharto. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Apa Tanggapan PDIP?

Politikus PDIP Guntur Romli menentang penyematan gelar pahlawan nasional kepada Presiden Soeharto.


Ketua MPR Bambang Soesatyo Sebut Soeharto Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

38 hari lalu

Presiden ke-2 Soeharto. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Ketua MPR Bambang Soesatyo Sebut Soeharto Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

Dia mengatakan, jasa dan pengabdian Soeharto besar terhadap bangsa Indonesia.


Amnesty Kritik Ide Penyematan Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto

38 hari lalu

Mantan Presiden Soeharto bersama anak-anak. Youtube.com
Amnesty Kritik Ide Penyematan Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto

Usman mengingatkan kejahatan lingkungan, korupsi, dan pelanggaran HAM selama era Soeharto belum selesai dipertanggungjawabkan negara hingga kini.


MPR Cabut 3 TAP MPR Soal Sukarno, Soeharto, dan Gus Dur, Bagaimana Bunyinya?

39 hari lalu

Presiden Sukarno dan Soeharto
MPR Cabut 3 TAP MPR Soal Sukarno, Soeharto, dan Gus Dur, Bagaimana Bunyinya?

MPR cabut 3 TAP MPR terkait putusan perundang-undangan terhadap 3 mantan Presiden RI yaitu Ir Sukarno, Soeharto, dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).