TEMPO.CO, Pekanbaru - Bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan belum dapat diatasi tuntas. Pantauan Satelit Terra Aqua dari NASA pada Minggu 4 Oktober 2015 tercatat 1.820 titik panas tersebar di dua pulau itu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyebutkan ada 1.563 titik panas terpantau di Sumatera. Sumatera Selatan masih menjadi daerah penyumbang titik panas terbanyak, yakni 1.340 titik.
"Lebih dari satu bulan titik panas di Sumatera Selatan belum dapat dipadamkan," kata Sutopo, Minggu, 4 Oktober 2015.
Titik panas juga massif muncul di Jambi mencapai 131 titik, Bangka Belitung 22 titik, Lampung 57 titik, Kepulauan Riau satu titik dan Riau sembilan titik.
Menurut Sutopo, konsentrasi titik panas di Sumatera Selatan terdapat di perkebunan dan hutan tanaman industri di Ogan Komering Ilir (OKI). Pantauan satelit dari NASA terlihat dengan jelas asap tebal diproduksi dari Kabupaten OKI dan Musi Banyuasin yang terbawa angin ke arah Barat Laut-Utara sehingga menambah kepekatan asap di Jambi dan Riau. "Bahkan asap ini menyebar ke wilayah Malaysia," jelasnya.
Di Kalimantan lanjut Sutopo, asap masih mengepung Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, yakni Kalimantan Barat 51 titik, Kalimantan Tengah 108 titik, Kalimantan Selatan 71 titik dan Kalimantan Timur 27 titik.
Asap sisa kebakaran hutan dan lahan pun kian meluas memperburuk kualitas udara di beberapa wilayah. Penerbangan di bandara pun terganggu. Jarak pandang di Pekanbaru menurun hingga 500 meter, Jambi 500 meter, Palembang 700 meter, Ketapang 800 meter, Sintang 400 meter, Pontianak 1.000 meter, dan Palangkaraya 100 meter.
Indeks Standar Pencemaran Udara juga menunjukkan level Tidak Sehat hingga Berbahaya. Udara di Pekanbaru 380 ugr/m3 (berbahaya), Jambi 504 (berbahaya), Palembang 391 (berbahaya), Palangkaraya 983 (berbahaya), Medan 166 (tidak sehat) dan Pontianak 275 (sangat tidak sehat).
Untuk mengatasi hal ini Sutopo menambahkan, BNPB telah mengerahkan 7 helikopter dan pesawat water bombing, serta 1 pesawat Casa hujan buatan di Sumsel.
Kemudian 1.594 personel TNI-Polri dari Jakarta dikirim ke Sumsel untuk memperkuat satgas darat sehingga total 3.694 personel gabungan memadamkan api di darat.
"Langkanya awan potensial di Sumsel menyebabkan hujan buatan belum optimal. Beberapa helikopter water bombing akan dipindahkan homebase-nya ke OKI dan Muba untuk memudahkan pemadaman," ucapnya.
RIYAN NOFITRA