TEMPO.CO, Yogyakarta - Rumah besar bergaya etnik Jawa di Jalan Haji Agus Salim Nomor 57, Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta, sejak Selasa subuh, 19 Mei 2015, sudah tampak sibuk dengan polisi dan tentara yang berlalu lalang.
Rumah itu merupakan kediaman Duta Besar Indonesia untuk Pakistan Burhan Muhammad. Burhan dinyatakan meninggal di sebuah rumah sakit di Singapura pada Selasa dinihari setelah dirawat kurang-lebih dua pekan akibat helikopter yang ditumpanginya bersama istrinya, Hery Listyawati, terjatuh dalam perjalanan di Pakistan, 8 Mei 2015. Istri Burhan meninggal dalam peristiwa tersebut dan baru dimakamkan pada Kamis, 14 Mei 2015.
Baca Juga:
"Pak Burhan hari ini juga langsung dimakamkan di Yogyakarta," ujar kakak ipar Burhan, Djarot Heru Setiawan, saat ditemui Tempo di rumah duka.
Djarot menuturkan, setelah Burhan dibawa ke Singapura untuk perawatan lebih lanjut, kondisinya sempat membaik. Ayah dua anak itu sempat sadar dan bisa diajak berkomunikasi meski sepatah-sepatah.
"Tapi tiba-tiba pada Senin siang kemarin pihak Kemenlu (Kementerian Luar Negeri) meminta anak-anaknya terbang ke Singapura," ujar Djarot.
Rupanya pemanggilan terhadap anak-anak Burhan, yang masih diselimuti duka setelah meninggalnya sang ibu, disebabkan oleh kondisi Burhan terus memburuk. "Informasinya, terjadi infeksi hebat di bagian paru-paru, meskipun dari leher ke atas baik," ujar Djarot.
Setelah anak-anak Burhan terbang ke Singapura sekitar pukul 14.00 WIB dari Yogyakarta, pada Senin tengah malam datang utusan Kementerian Luar Negeri ke rumah Burhan. "Memberi kabar bahwa Burhan wafat. Kami langsung menyiapkan pemakamannya," ujar Djarot.
Menjelang wafatnya di Singapura, Burhan didampingi dua anaknya, Fitra Amrullah, 19 tahun, dan Yoga Sulistyo Burhan, 18 tahun, serta adik kandungnya yang juga Duta Besar Indonesia untuk Bahrain, Chilman Arisman.
PRIBADI WICAKSONO