TEMPO.CO, Yogyakarta - Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas ikut melayat ke rumah duka Duta Besar Indonesia untuk Pakistan, Burhan Muhammad, sebelum dimakamkan di Yogyakarta, Rabu, 20 Mei 2015. Busyro mengenal Burhan sejak kecil karena bertetangga di Kampung Notoprajan Ngampilan, Yogyakarta.
“Beliau sejak kecil sudah dididik lingkungan keluarga dengan tradisi Muhammadiyah yang menerapkan prinsip kesederhanaan dan jiwa sosial tinggi,” ujar Busyro kepada Tempo.
Baca Juga:
Busyro menuturkan tak heran jika karier Burhan cukup moncer tatkala terjun dalam bidang intelijen dengan bergabung dalam lembaga Badan Intelijen Negara (BIN) hingga dipercaya menjadi duta besar untuk Pakistan. Jabatan terakhir yang ditinggalkan Burhan saat masih aktif di BIN adalah Deputi I.
“Dia intelijen yang profesional, yang bisa menerapkan etika keilmuannya secara maksimal,” kata Busyro, yang mengenal baik keluarga Burhan. Busyro menilai integritas seseorang saat dewasa memiliki korelasi kuat dari fondasi nilai yang sudah ditanamkan sejak dini dari keluarga dan lingkungan.
Dalam pandangan Busyro, integritas Burhan salah satunya bisa tampak dari cara kerjanya yang selalu berfokus pada tujuan. “Dia melakukan analisis secara akademis, tidak gampang mengumbar informasi namun aktif memberikan saran-saran untuk pengambilan keputusan,” tutur Busyro.
Sebagai diplomat senior, sosok Burhan dinilai Busyro sebagai cermin orang yang tepat dalam memerankan fungsi intelijen dalam menjaga pemerintahan dan negara dari kepentingan yang merugikan. “Beliau imparsial dan independen, bisa menjaga diri agar tidak menjadi kepentingan dan alat-alat tertentu,” ucap Busyro.
Teman masa kecil Dubes Burhan lain, yang sama-sama bersekolah di SD Muhammadiyah 1 Purwo Ngampilan, Yogyakarta, Kuswantoro, membenarkan integritas Burhan semasa hidup. Burhan digambarkan sebagai sosok yang tak terlalu khawatir dengan tugas yang berisiko meskipun maut taruhannya.
Dalam reuni terakhir dengan alumni sekolah dasarnya belum lama ini, Burhan sempat mengucapkan kalimat yang tak dilupakan teman-temannya. “Orang mati itu bisa kapan saja, tak harus dengan sakit, semua kalau sudah takdir akan diambil Allah,” ujar Kuswantoro.
Dalam reuni itu, Burhan pun sempat membagi-bagikan cendera mata kopiah yang dia bawa dari Pakistan untuk teman-teman masa kecilnya. Dubes Burhan dan istrinya meninggal akibat kecelakaan helikopter yang mereka tumpangi di wilayah Pakistan Utara pada 8 Mei 2015. Dubes Burhan meninggal pada Selasa dinihari, 19 Mei 2015, sedangkan istrinya wafat seketika saat kejadian.
PRIBADI WICAKSONO