TEMPO.CO, Bengkulu - Ratusan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Model Bengkulu menggelar unjuk rasa untuk mempertanyakan banyaknya pungutan yang dibebankan di sekolah itu, Senin, 11 November 2013.
Aksi yang digelar sejak pukul 08.00 WIB itu diikuti seluruh siswa sekolah. Akibatnya, kegiatan belajar-mengajar lumpuh. Dalam orasinya, seorang siswa memprotes atas berbagai pungutan, di antaranya uang Komite Sekolah sebesar Rp 150 ribu per siswa per bulan. Pungutan tersebut dibebankan kepada siswa kelas XI reguler yang berjumlah 196 siswa.
Pungutan iuran Komite juga diberlakukan untuk kelas Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI) kelas XI sebesar Rp 250 ribu per siswa dengan jumlah 39 siswa, dan kelas XII reguler sebesar Rp 750 ribu per siswa dengan jumlah 230 siswa.
Selain pungutan Komite, siswa juga dibebani membayar tabungan study tour sebesar Rp 50 ribu per tahun dan iuran jaringan internet sebesar Rp 240 ribu per orang per tahun.
Tidak hanya itu, siswa masih dikenakan pungutan iuran e-learning dan perawatan website sebesar Rp 50 ribu per tahun, serta biaya cetak kartu pelajar selama tiga tahun sebesar Rp 15.000 per orang.
Daftar pungutan tak hanya berhenti di situ, karena murid juga dibebani iuran jasa kebersihan lingkungan per tahun sebesar Rp 30 ribu per tahun. Selain berbagai pungutan tersebut, pada saat masuk tahun ajaran baru 2012/2013, pihak sekolah juga mengenakan pungutan uang gedung Rp 8 juta, termasuk biaya les sebesar Rp 900 ribu per lima bulan.
Reka Amelia, siswi kelas XII MAN I Model Bengkulu, yang juga ikut aksi demo menyatakan, meski semua biaya tersebut telah dibayar oleh siswa, namun fasilitas sekolah tetap saja kurang memadai, contohnya internet tetap tak bisa dinikmati siswa dan website sekolah juga tidak ada.
"Terus terang, ini sangat memberatkan. Kenapa banyak sekali pungutan? Sekolah lain tidak seperti ini," kata Reka.
Ketua OSIS MAN I Model Bengkulu, Asmorojoyo, menyebutkan pihak sekolah selalu beralasan tidak memiliki dana saat ditanya tentang minimnya berbagai fasilitas di sekolah tersebut.
"Kami pernah mengajukan kegiatan ke sekolah, tetapi ditolak dengan alasan tak punya dana. Akhirnya kami disuruh mencari dana sendiri ke luar sekolah. Kan aneh, padahal iuran kami sudah banyak sekali," kata Asmorojoyo.
Selanjutnya jawaban kepala sekolah: