TEMPO.CO, Jakarta - Kedatangan mantan Presiden RI, B.J. Habibie di Malaysia, 6 Desember 2012, mendapat sambutan negatif Mantan Menteri Penerangan Malaysia, Zainudin Maidin. Dalam tajuk rencana di koran Utusan Malaysia, media milik partai penguasa, Zainudin menyebut Habibie sebagai pengkhianat bangsa.
Zainudin menyamakan Habibie dengan Anwar Ibrahim, tokoh oposan Malaysia, yang disebutnya sebagai The Dog of Imperialism. Lihat: Habibie Pengkhianat Bangsa, Ini Tulisan Lengkapnya dan Di Malaysia, Habibie Dianggap Pengkhianat Bangsa.
Atas undangan Universiti Selangor (Unisel), B.J. Habibie memberikan ceramah di hadapan para mahasiswa cendekiawan dan tokoh politik pada Kamis lalu, 6 Desember 2012. Habibie tampil bersama tokoh Anwar Ibrahim.
Dalam ceramah berjudul "Habibie dan Transisi Indonesia ke Demokrasi", mantan Ketua ICMI ini menceritakan pengalaman Indonesia dalam menjaga keragaman. Menurut Habibie, pluralisme kepercayaan, suku, adat, dan keragaman lainnya merupakan kekuatan, bukan menjadi ancaman bangsa.
Habibie mencontohkan, walaupun penduduk Indonesia sebagian besar suku Jawa, bahasa nasional yang digunakan berasal dari bahasa Melayu. Beberapa pihak menyatakan bahwa bahasa Melayu menjadi lingua franca karena posisinya sebagai bahasa perdagangan. Namun, menurut Habibie, bahasa Melayu juga digunakan karena kebudayaan Melayu telah ada sejak lama.
Bisa jadi kegeraman Zainudin dipicu kekhawatiran bahwa Habibie--yang di Indonesia dikenang sebagai salah satu tokoh penting dalam transisi demokrasi--membawa virus reformasi ke Malaysia.
Sedangkan Habibie Center menanggapi pernyataan Zainudin dengan santai. Direktur Eksekutif Habibie Center, Rahimah Abdulrahim, mengatakan, lembaganya tak mempersoalkan tulisan bekas Zainudin. Baca: Disebut Pengkhianat Bangsa, Habibie Center Santai.
Seberapa menakutkannya Habibie dengan pidatonya di mata Malaysia? Ini pidato yang diunggah AntaraPos di YouTube. Dalam deskripsinya, AntaraPos merupakan portal berita yang bertujuan memanfaatkan teknologi maya demi menyebarkan pelbagai maklumat kepada seluruh rakyat Malaysia.
YANDI