TEMPO Interaktif, Cianjur - Aparat TNI membantah tudingan bahwa mereka melakukan intimidasi terhadap Jamaah Ahmadiyah di Jawa Barat. Komandan Distrik Militer 0608 Cianjur, Letnan Kolonel Infanteri Dwi Suharjo mengatakan TNI malah merangkul jamaah Ahmadiyah untuk bekerjasama dan hidup berdampingan sebagai sesama anak bangsa.
"Itu kan baru pernyataan sepihak. Kami tak pernah merasa telah melakukan intimidasi," kata Dwi menanggapi temuan Human Right Working Group yang menyebut aparat TNI mengintimidasi Ahmadiyah di Jawa Barat termasuk Cianjur.
Dwi menjelaskan pernyataan 'perang sajadah' yang dilontarkan pihak TNI bermaksud merangkul Ahmadiyah untuk melakukan ibadah secara bersama-sama. "Ini kan masalah agama, jadi pendekatannya pun melalui agama. Jangan dianggap perang sebenarnya," kata Dwi.
Dia mengakui saat ini personel TNI masih menjaga masjid Ahmadiyah di Kampung Cisaar Desa Cipeuyeum Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur. Sehari sebelumnya, warga menyerang masjid itu dan membakar kitab serta buku dan dokumen Ahmadiyah.
Bantahan serupa juga dilontarkan Komandan Korem 063 Sunan Gunung Jati Kolonel Infanteri Rochiman. "Kami hanya bertugas mengamankan Pergub. Itu pun bersama dengan unsur muspida lainnya," katanya.
Menurut Rochiman, mereka hanya mengajak pengikut Ahmadiyah untuk bisa bersama-sama membaur dengan masyarakat lainnya, termasuk dalam pelaksanaan sholat. “Jadi tidak benar jika kami melakukan sweeping KTP jemaah Ahmadiyah,” katanya.
Sedangkan kasi Intel Korem 063 Sunan Gunung Jati, Mayor Sandy Yudha, menjelaskan jika tugas mereka hanya sebatas melakukan pendataan anggota Ahmadiyah. “Tidak ada sweeping KTP atau lainnya,” katanya. Memang diakui Sandy timbul semacam ketakutan dari warga, namun ia mengungkapkan jika tugas TNI bukan untuk menebarkan ancaman kepada pengikut Jemaah Ahmadiyah.
DEDEN ABDUL AZIS|IVANSYAH