TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia, Cheryl Tanzil, mengatakan bekas Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dapat menjadi sosok kuda hitam di tengah derasnya arus persaingan calon gubernur di palagan Pilkada Jakarta 2024.
Merujuk hasil sigi sejumlah Lembaga Survei, kata dia, nama Ridwan Kamil memang masih kerap berada di bawah dua nama potensial lain, yaitu Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Tetapi, ke depan kita tidak tahu akan bagaimana. Bisa saja Kang Ridwan Kamil balik mengungguli. Bisa jadi beliau kuda hitamnya di Jakarta," ujar Cheryl melalui pesan singkat, Jumat, 27 Juli 2024.
Namun, perihal pencalonan Ridwan Kamil, diharapkan Partai Golkar dan Koalisi Indonesia Maju atau KIM dapat lebih mempertimbangkan matang pelbagai kans yang muncul. Namun, jika memang peluang Ridwan di Jakarta, tipis, Cheryl berharap Golkar dan KIM realitistis untuk menempatkan bekas Wali Kota Bandung itu di Jawa Barat.
"Karena sejauh ini yang kami lihat, elektabilitas beliau teramat tinggi di sana (Jawa Barat)," ujar dia.
Indikator Politik Indonesia merilis hasil sigi sejumlah nama bakal calon gubernur yang disinyalir akan diplot di Jakarta. Sigi tersebut merupakan hasil simulasi survei yang dilakukan secara spontan alias Top of Mind.
Peneliti utama Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan pada simulasinya, nama Anies Baswedan bertengger di posisi puncak dengan raihan skor 39,7 persen. Disusul Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di tempat kedua dengan raihan 23,8 persen.
"Sementara Ridwan Kamil di tempat ketiga dengan 13,1 persen," ujar Burhan dalam telekonferensi, Kamis, 25 Juli 2024.
Burhan melanjutkan, Anies Baswesan bakal cenderung diuntungkan apabila harus bersaing dengan dua kandidat lain, seperti Ahok dan Ridwan Kamil, meski keduanya menjadi dua nama pesaing berat bagi bekas Rektor Universitas Paramadina itu.
"Alasannya, suara Ahok dan Ridwan Kamil cenderung beririsan," ujar dia.
Beririsan yang dimaksud Burhan, ialah suara Ahok dan Ridwan Kamil cenderung berasal dari basis konstituen yang serupa. Kendati begitu, jumlah besaran basis konstituen keduanya tidak sebesar yang dimiliki Anies di Jakarta.
"Menariknya lagi, ketiga nama tidak memiliki kemampuan untuk mengambil basis pemilih apabila ada satu yang harus take out," ucap Burhan.
Burhan mengatakan, hal tersebut dapat terlihat pada perolehan skor sigi, di mana Anies Baswedan yang masih mendominasi skor, tak mampu mencatatkan skor di atas 50 persen atau lebih.
"Suara (skor) stagnan di angka 42 persen lebih," ucap Burhan.
Sementara Ahok dan Ridwan Kamil, meski memiliki basis suara yang beririsan, apabila salah satu tak jadi mencalonkan, basis suara yang berpindah tak akan signifikan masuk ke kandidat lain.
"Jika simulasinya head to head antara Anies dan Ahok, Anies masing unggul karena suara ahok stagnan di angka 42 persen meski memperoleh suntikan basis dari Ridwan Kamil," kata dia.
Pilihan editor: Jawaban Gibran Seusai Dikritik Gunakan Kemasan Plastik untuk Paket Makan Gratis