"Yang sakit Soedirman, Panglima tidak sakit," demikian kira-kira ungkapan Jenderal Soedirman kala bersikukuh memimpin pasukannya melakukan aksi gerilya mengusir tentara Belanda yang berupaya mempertahankan kolonialisme di Indonesia dalam Agresi Militer II antara Desember 1948-Januari 1949. Padahal kala itu Soedirman disebut tengah mengalami sakit Tuberkulosis (TBC). Paru-paru sebelah kanannya dikempeskan. Kondisi itu membuatnya harus ditandu.
Taktik gerilya Jenderal Soedirman bertujuan untuk memecah konsentrasi pasukan Belanda yang berupaya menguasai wilayah Yogyakarta. Hal ini dilakukannya dengan berpindah-pindah tempat dan menyeberangi sungai, gunung, lembah, dan hutan. Soedirman yang mestinya berbaring nyaman dan mendapatkan perawatan, justru ikut terjun ke medan perang. Ia memimpin pasukannya berpindah-pindah tempat dan menyuntikkan semangat membara kepada mereka.
Kala itu, Ibu Kota Jakarta jatuh di tangan Belanda dan Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Indonesia sementara. Saat Belanda berupaya menguasai Yogyakarta, para pemimpin politik berlindung di kraton sultan. Sedangkan Soedirman, beserta sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan.
Mulanya mereka diikuti oleh pasukan Belanda, tetapi Soedirman dan pasukannya berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, di dekat Gunung Lawu. Dari tempat ini, Soedirman mengomandoi kegiatan militer di Pulau Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto. Ketika Belanda mulai menarik diri, Soedirman dipanggil kembali ke Yogyakarta pada Juli 1949.
Meskipun ingin terus melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Belanda, Jenderal Soedirman dilarang oleh Presiden Sukarno. Penyakit TBC yang diidapnya kambuh. Dia pensiun dan pindah ke Magelang. Dia wafat kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Soedirman kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Pada 10 Desember 1964, Jenderal Soedirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | GERIN RIO PRANATA | NAUDAL RIDHWAN ALY | NAOMY AYU NUGRAHENI
Pilihan Editor: Megawati Sebut Sosok Kapolri Jenderal Hoegeng sebagai Teladan Anggota Polri dalam Rakernas PDIP