TEMPO.CO, Yogyakarta - Direktur Jaringan Gusdurian Indonesia, Alissa Qotrunnada atau Alissa Wahid meminta masyarakat sipil untuk mewaspadai sentimen sektarian menjelang, saat, dan sesudah Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.
Isu keberagaman, menurut Alissa, setiap tahun politik menemukan tantangan. Calon presiden, anggota legislatif, dan kepala daerah kerap membawa pesan paling mudah untuk menggerakkan pendukungnya, yakni agama dan suku.
Alissa menilai manusia melakukan banyak hal yang melebihi apa yang dia miliki demi mencapai kekuasaan atas nama Tuhan. Putri Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu pun mengenang apa yang pernah dinyatakan ayahnya. Menurut dia, Gus Dur pernah mengingatkan bahwa Tuhan tidak perlu dibela.
"Yang perlu dilawan orang-orang yang menekan sesama dan kelompok minoritas atas nama Tuhan," kata Alissa saat halal bihalal Jaringan Gusdurian bertema Merawat Keberagaman, Meneguhkan Kemanusiaan secara daring, Rabu malam, 8 Mei 2023.
Sentimen sektarian sebagai fenomena global
Sentimen sektarian kata Alissa Wahid tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di tingkat global. Belum lama ini, Alissa menghadiri forum yang membahas agama dan pembangunan dunia di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat. Dalam pertemuan itu, peserta mengakui agama sering digunakan untuk menebar kebencian.
Keserakahan segelintir orang yang punya kekuasaan semakin menebalkan kebencian dan kekerasan. Dampaknya kelompok minoritas menjadi terpinggirkan dan tertindas. Alissa mencontohkan kalangan minoritas yang hidup di suatu wilayah yang didominasi kelompok mayoritas harus mendapatkan izin dari mereka.
Selanjutnya, ingatkan para Capres untuk tak hanya kejar kepentingan politik