TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) Komisi untuk Orang Hilang dan Korban tindak Kekerasan (KontraS), Andi Muhammad Rezaldy, mengecam aksi teror oleh orang yang tidak dikenal terhadap keluarga Veronica Koman.
Ia mendorong kepolisian Republik Indonesia untuk segera menuntaskan kejadian teror ledakan yang terjadi di rumah orangtua Veronica Koman pada Minggu, 7 November 2021 dan menemukan aktor dibaliknya.
“Berkaitan dengan teror, tentunya pihak kepolisian harus memastikan melakukan penyidikan dan penyelidikan secara baik dan benar. Jangan sampai terjadi abuse of process,” ujarnya dalam konferensi pres, Senin, 8 November 2021.
Ia mencontohkan peristiwa penyiraman air keras yang dialami Novel Baswedan. Menurut dia, ada indikasi abuse of process dapat menghambat penyidikan dan penyelidikan, juga pengungkapan dan penuntasan kasus itu sendiri.
Andi juga berkaca pada peristiwa teror dan pembakaran rumah keluarga Murdani, direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang hingga kini belum tuntas. “Jangan sampai peristiwa yang dialami keluarga Veronica, sama seperti yang dialami keluarga Murdani yang sampai saat ini tidak ada proses penuntasan yang jelas,” ujarnya.
Menurut dia, dalam kasus ini aparat harus menggunakan mekanisme pembuktian secara ilmiah. Sehingga, dapat membuat terang suatu peristiwa pidana. Yakni, melalui uji laboratorium forensik.
Selain itu, aparat kepolisian perlu menelusuri lebih jauh terhadap transaksi ojek online dalam peristiwa tersebut. Sebab, diketahui bahwa pengemudi yang mengantar paket teror ke rumah kerabat Veronica menggunakan jaket ojol.
Andi mengatakan aparat kepolisian perlu mendapatkan complete data record untuk mengetahui lintas komunikasi yang tidak biasa di kawasan tempat teror terjadi. “Aparat harus bergerak dengan cepat. Peristiwa ini merupakan serangan serius terhadap pembela HAM,” katanya.
Menurut Andi, peristiwa teror ini juga tentunya terencana. Misal, adanya usaha dalam mencari alamat keluarga Veronica Koman untuk kemudian dilakukan penyerangan. Kemudian, adanya persiapan atas teror dengan bom peledak berdaya rendah.
JESSICA ESTER
Baca juga: Densus 88 Sebut Bom di Rumah Veronica Koman Bukan yang Biasa Digunakan Teroris