Ia menganalisis sekitar 150 hektar hutan di kawasan hulu Sungai Brantas berubah menjadi ladang pertanian. Sementara Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Batu hanya sekitar 12-15 persen. “Alih fungsi hutan menjadi penyebab menurunnya wilayah resapan dan tangkapan air,” kata Wahyu.
Tidak ada kawasan perlindungan kawasan esensial khususnya kawasan hutan, lahan hijau dan kawasan mata air. Hal ini diperparah pada Revisi Perda RTRW Kota Batu yang di dalam aturan revisi tersebut tidak menjelaskan soal perlindungan kawasan esensial.
Selain itu Pemerintah Kota Batu merevisi Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang mengancam kawasan konservasi di hulu Sungai Brantas. Lantaran sebagian kawasan diberi peluang untuk diubah menjadi tempat wisata buatan dan pertanian. “Perda RTRW tidak sensitif bencana dan masa depan lingkungan hidup Kota Batu,” katanya.
Revisi Perda RTRW dilakukan secara tidak transparan dan partisipatif. Masyarakat tidak dilibatkan. Sementara, kini Perda RTRW tengah berada di tangan pemerintah pusat. Walhi Jawa Timur mendesak perlindungan kawasan esensial, demi masa depan Kota Batu. “Jika Kota Batu hancur, Kota Malang dan sepanjang DAS Brantas juga terdampak,” ujarnya.
Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso menjelaskan jika Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko bersama pimpinan DPRD dipanggil Kementerian Agraria dan Tata Ruang terkait RTRW dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTK). “Saya sendiri belum tahu yang ditunjuk Kementerian ATR apakah sudah didok dewan dibawa untuk mendapat rekomendasi dan semua diloloskan? Kita belum tahu,” katanya.
Kementerian ATR, katanya, akan mengeluarkan rekomendasi atas revisi Perda RTRW tersebut. Ia mengklaim RTRW digunakan sebagai panduan penataan kawasan dan justru melindungi dan mencegah bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Sehingga, Pemkot Batu turut melibatkan Perum Perhutani dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) agar hutan dikelola secara hati-hati. “Tim bagian hukum masih melakukan kajian,” ujar Punjul.
Banjir, menurut dia, terjadi setiap tahun. Namun, tidak pernah sampai terjadi banjir bandang yang terjadi Kamis kemarin. Mengenai penyebab banjir, tim teknis telah melakukan kajian tertulis.