Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

image-gnews
Cut Nyak Dien. peeepl.com
Cut Nyak Dien. peeepl.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sudah 60 tahun, Cut Nyak Dhien, pejuang perempuan dari Aceh ditetapkan pemerintah sebagai pahlawan nasional. Pada 2 Mei 1964, pahlawan yang dijuluki "Ibu Perbu" karena pemahamannya yang mendalam tentang agama Islam itu ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 106 Tahun 1964.

Penetapan Cut nyak Dhien sebagai pahlawan nasional tak lepas dari sosok Teuku Iskandar, seorang sejarawan dan budayawan Aceh. Ia mengajukan Cut nyak Dhien sebagai pahlawan nasional pada tahun 1956. Ada banyak latar belakang yang menjadi motivasi Teuku Iskandar mengusulkan Srikandi Aceh itu menjadi pahlawan nasional. Selain dikenal sebagai perempuan pejuang, kisah Cut Nyak Dhien menginspirasi rakyat Aceh dalam melawan penjajah.  

Perlu 8 tahun bagi rakyat Aceh menunggu penetapan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional. Proses dimulai dengan pengumpulan bukti-bukti perjuangan Cut Nyak Dhien, seperti surat, catatan sejarah, hingga kesaksian orang yang mengenalnya. Berbagai dokumen persyaratan itu, kemudian diserahkan kepada Tim Verifikasi dan Evaluasi Pahlawan Nasional yang dibentuk pemerintah. 

Penetapan ini menambah daftar sosok perempuan Indonesia yang menjadi pahlawan nasional. Seperti diketahui, Indonesia telah menetapkan ratusan orang sebagai pahlawan nasional. Dari sekiat banyak jumlahnya, perempuan yang ditetapkan jadi pahlawan nasional berjumlah 17 orang. 

Dilansir dari Ensiklopedia Pahlawan Nasional, Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau. Semasa kecil, Cut Nyak Dhien dikenal sebagai gadis yang cantik. Kecantikan itu semakin lengkap dengan pintarya Cut Nyak Dhien dalam bidang pendidikan agama.

Pada tahun 1863, saat itu Cut Nyak Dhien berusia 12 tahun, ia dijodohkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari Teuku Po Amat, Uleebalang Lam Nga XIII. Suaminya adalah pemuda yang wawasannya luas dan taat agama. Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar menikah dan memiliki buah hati seorang laki-laki.

Dilansir dari Arsip Media Kearsipan Nasional: Nilai-nilai Kepahlawanan, sejarah Aceh mencatat Teuku Ibrahim melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Teuku Ibrahim kerap meninggalkan Cut Nyak Dhien dan anak-anaknya demi misi mulia melawan kolonialisme Belanda. Beberapa bulan setelah meninggalkan Lam Padang, Teuku Ibrahim kembali mencari perlindungan di lokasi yang aman. Atas panggilan suaminya, Cut Nyak Dhien dan warga lainnya meninggalkan kawasan Lam Padang pada 29 Desember 1875. 

Pada 26 Maret 1873, Belanda berperang dengan Aceh. Tentara Belanda memimpin Armada Benteng Antwerpen dan mulai menembakkan meriam ke daratan Aceh. Selanjutnya pada 8 April 1873, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Johan Harmen Rudolf Köhler berhasil mendarat di pesisir pantai Ceureumen dan langsung menyerbu serta membakar Masjid Baiturrahman di Aceh.

Tindakan Belanda selanjutnya berujung pada Perang Aceh melawan kurang lebih 3.198 tentara Belanda yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah dan Panglima Polim. Namun ketika Köhler tertembak dan terbunuh, Kesultanan Aceh mampu memenangkan perang pertamanya dengan Belanda.

Antara tahun 1874 dan 1880, di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten,wilayah VI  Mukim sekaligus Keraton Sultan berhasil diduduki oleh tentara Belanda, namun pada akhirnya berhasil dikalahkan oleh kekuatan besar negara kolonial Belanda.

Peristiwa ini memaksa Cut Nyak Dhien dan bayinya mengungsi bersama warga dan kelompok lainnya pada tanggal 24 Desember 1875. Namun Teuku Ibrahim tetap bertekad  merebut kembali wilayah VI Mukim. Sayangnya, Teuku Ibrahim meninggal pada tanggal 29 Juni 1878 saat pertempuran di Gure Tarum. Hal ini akhirnya membuat Cat Nyak Dhien sangat marah hingga bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar, setelah sebelumnya ia dijanjikan dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut. Dari pernikahan ini Cut Nyak Dhien memiliki seorang anak yaitu Cut Gambang. Setelah menikah, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda.

Namun, pada tanggal 11 Februari 1899 Teuku Umar gugur. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Pada saat itu usia Cut Nyak Dhien sudah relatif tua serta kondisi tubuh yang digrogoti berbagai penyakit seperti encok dan rabun serta jumlah pasukannya terus berkurang, ditambah mereka sulit memperoleh makanan. membuat satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba.

Setelah enam tahun bergerilya, ia akhirnya tertangkap Belanda. Kemudian Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat pada 1906 bersama tahanan politik lainnya. Cut Nyak Dhien lalu dijuluki sebagai "Ratu Aceh" karena tekadnya yang kuat dalam melawan kolonial Belanda di Aceh

Pilihan Editor: Sha Ine Febriyanti Hidupkan Cut Nyak Dhien

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

1 jam lalu

Barista Ryan Wibawa mendemonstrasikan pembuatan kopi di depan Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin di Gedung Sate Bandung, Kamis (16/5/2024). ANTARA/Dokumentasi Pribadi
Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menyebut kopi asal Sumedang mendunia gegara ini. Apa itu?


Pastikan Pekerja Terlindungi BPJS Ketenagakerjaan, Pj Gubernur Aceh Terbitkan Qanun

18 jam lalu

Pastikan Pekerja Terlindungi BPJS Ketenagakerjaan, Pj Gubernur Aceh Terbitkan Qanun

Pj Gubernur Aceh, Bustami Hamzah, mendukung penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan bagi seluruh pekerja di wilayah Pemerintah Aceh, dengan menerbitkan Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2024 tentang Ketenagakerjaan.


Berkas Kasus Penyelundupan Pengungsi Rohingya oleh 4 Warga Aceh Sudah P21

21 jam lalu

Sejumlah imigran etnis Rohingya duduk di dalam truk saat relokasi paksa dari tempat penampungan sementara di Gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Desa Suak Nie, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa, 26 Maret 2024. ANTARA/Syifa Yulinnas
Berkas Kasus Penyelundupan Pengungsi Rohingya oleh 4 Warga Aceh Sudah P21

Kejaksaan Negeri Aceh Barat menyatakan berkas kasus penyelundupan puluhan orang etnis Rohingya ke Aceh sudah P21.


Banjir di Nagan Raya Aceh Mulai Surut, BNPB Ingatkan Risiko Hujan Susulan

2 hari lalu

Anak-anak bermain di lokasi genangan banjir di kawasan Kecamatan Tripa Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, Kamis, 23 November 2023. (ANTARA/HO)
Banjir di Nagan Raya Aceh Mulai Surut, BNPB Ingatkan Risiko Hujan Susulan

Banjir akibat luapan sungai di Nagan Raya, Aceh, berangsur surut, Namun, masih ada potensi hujan intensitas sedang hingga lebat.


15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

4 hari lalu

Ruhana Kuddus. Wikipedia
15 Pahlawan Nasional Asal Sumbar: Imam Bonjol, Mohammad Hatta, Rohana Kudus, hingga AK Gani

15 tokoh Sumbar dinobatkan sebagai pahlawan nasional, antara lain Proklamator Mohamad Hatta, Imam Bonjol, Rohana Kudus, Rasuna Said, hingga AK Gani.


AFC Nobatkan Rafael Struick Bintang Masa Depan Usai Piala Asia U-23 2024, Ini Profil Striker Timnas Indonesia

5 hari lalu

Pemain Timnas Indonesia Rafael William Struick (kedua kanan) berusaha melewati pemain Vietnam Bui Tien Dung (kiri) pada pertandingan lanjutan Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis 21 Maret 2024. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
AFC Nobatkan Rafael Struick Bintang Masa Depan Usai Piala Asia U-23 2024, Ini Profil Striker Timnas Indonesia

Strikter Timnas Indonesia U-23, Rafael Struick raih penghargaan Bintang Masa Depan usai Piala Asia U-23. Kalahkan Ali Jasim dari Irak.


Prabowo Bertekad Tak Akan Tinggalkan Masyarakat Aceh dan Sumbar, Kenapa?

6 hari lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto saat menghadiri rapat koordinasi nasional (rakornas) pilkada Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Mei 2024. Dalam sambutannya, Prabowo memuji kesetiaan PAN atas dukungannya. Setidaknya PAN sudah mendukung Prabowo selama 15 tahun. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Prabowo Bertekad Tak Akan Tinggalkan Masyarakat Aceh dan Sumbar, Kenapa?

Prabowo bertekad untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia, termasuk masyarakat di Aceh dan Sumbar.


Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

8 hari lalu

Wakil Menteri Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri Belanda Michiel Sweers (kedua kiri) bersama sejumlah rombongan dari Kedutaan Belanda di Indonesia mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, Jumat, 26 April 2024. Foto: ANTARA/HO-Kedutaan Besar Belanda di Indonesia
Bertemu Pemerintah Belanda, AMAN Kaltim Minta Pastikan Komitmen Lindungi Masyarakat Adat sebelum Investasi di IKN

AMAN Kaltim meminta pemerintah Belanda memastikan komitmen pemerintah Indonesia melindungi masyarakat adat sebelum berinvestasi di proyek IKN Nusantara.


Mengenal Navarone Foor, Pesepak Bola Belanda Keturunan Indonesia

8 hari lalu

Aksi pemain Lazio, Dusan Basta dan pemain Vitesse, Navarone Foor saat berebut bola dalam pertandingan Grup K Liga Europa di Rome Olympic, 23 November 2017. AP Photo/Gregorio Borgia
Mengenal Navarone Foor, Pesepak Bola Belanda Keturunan Indonesia

Pada 2017, Navarone Foor pernah masuk dalam deretan nama incaran untuk naturalisasi


Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

10 hari lalu

Wakil Menteri Kerja Sama Ekonomi Luar Negeri Belanda Michiel Sweers (kedua kiri) bersama sejumlah rombongan dari Kedutaan Belanda di Indonesia mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, Jumat, 26 April 2024. Foto: ANTARA/HO-Kedutaan Besar Belanda di Indonesia
Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

Pemerintah Belanda mengumpulkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk meminta pandangan mereka tentang proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).