Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ke Mana Ketua Dewan Revolusi Letkol Untung Setelah G30S Ambyar?

Reporter

image-gnews
Warga menyaksikan film pengkhianatan G30S/PKI pada acara nonton bareng di Bundaran Mall Graha Cijantung, Jakarta, 23 September 2017. Berikut foto-foto suasana acara nonton bareng film G30S/PKI yang digelar di sejumlah daerah. ANTARA FOTO
Warga menyaksikan film pengkhianatan G30S/PKI pada acara nonton bareng di Bundaran Mall Graha Cijantung, Jakarta, 23 September 2017. Berikut foto-foto suasana acara nonton bareng film G30S/PKI yang digelar di sejumlah daerah. ANTARA FOTO
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Letnan Kolonel Untung disebut-sebut sebagai salah satu tokoh penting dalam tragedi G30S, Komandan Batalyon KK I Cakrabirawa ini dipercayai oleh Mayor Sujono dan Kolonel Abdul Latief, dua tokoh lain di balik rencana penculikan Dewan Jenderal, untuk mengerahkan pasukannya melakukan aksi.

Setelah rencana kudeta pada 30 September 1965 gagal, ia melarikan diri. Namun Untung tak beruntung dan akhirnya tertangkap secara tidak sengaja oleh anggota Armed.

Malam itu, 30 September 1965, Letnan Kolonel Untung mengawal Presiden Sukarno di acara musyawarah nasional ahli teknik di Senayan hingga pukul 23.00 malam. Untung kemudian pergi ke lokasi Lubang Buaya, yang ada di dekat Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk melihat pasukannya.

Dini hari, 1 Oktober 1965, pasukan pun berangkat untuk melakukan penculikan terhadap jenderal-jenderal Angkatan Darat yang dilist sebagai Dewan Jenderal. Dalam rencana, seharusnya ada 10 Jenderal yang diculik, namun hanya ada enam jenderal dan satu Letnan yang berhasil ditangkap.

Dalam dunia militer, sebelum kejadian G30S, Letkol Untung merupakan sosok yang cukup mentereng dan dianugerahi Bintang Sakti berkat peranannya dalam Operasi Trikora membebaskan Papua Barat dari Belanda pada 1962.

Bintang Sakti ini bahkan langsung disematkan oleh Presiden Soekarno kala itu. Berkat peranannya itu pula Untung kemudian naik pangkat menjadi Letnan Kolonel dan secara khusus diminta oleh Soekarno untuk menjadi anggota pasukan pengawal Tjakrabirawa.

Setelah kejadian malam jahanam tersebut, dini hari 1 Oktober 1965, Letnan Kolonel Untung dalam siaran Radio Republik Indonesia atau RRI, mengaku sebagai Ketua Dewan Revolusi dan menjadi satu-satunya yang menandatangani dokumen Dewan Revolusi itu.

Kemudian pada 2 Oktober 1965, Untung kabur dan menghilangkan diri. Pada 11 Oktober 1965, saat Untung berusaha kabur ke Jawa Tengah, bus yang ditumpanginya, yang ketika itu masih berada di Tegal dimasuki oleh anggota tentara tak dikenal.

Lantaran tak mau ditangkap, Untung pun keluar secara paksa dengan melompat dari bus, sial bagi Untung lantaran tubuhnya menghantam tiang listrik. Orang-orang yang melihat kejadian tersebut mengira Untung adalah pencopet, tak ayal Letkol ini pun kena hajar massa kala itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika tertangkap, ia tak lantas mengaku bernama Untung. Anggota Armed yang menangkapnya pun tidak mengira bahwa sosok yang ditangkapnya adalah Komando Operasional G30S.

Setelah dilakukan pemeriksaan di markas CPM Tegal, barulah diketahui bahwa yang bersangkutan bernama Untung. Awal 1966, Untung diadili Mahkamah Militer Luar Biasa atau Mahmilub, sebuah pengadilan luar biasa dalam sejarah Indonesia.

Untung tidak diadili di gedung pengadilan Kementerian Kehakiman melainkan di Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di dekat Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.

Dalam pengadilan tersebut, Gumuljo Wreksoatmodjo SH bertindak sebagai pembela Untung. Sementara Mahmilub yang mengadili Untung adalah Letnan Kolonel CHK Soedjono Wirjohatmodjo SH dengan hakim anggota yaitu Letnan Kolonel Udara Zaidun Bakti; Ajun Komisaris Besar Drs Kemal Mahisa SH; Mayor AL Hasan Basjari SH; Mayor tituler Sugondo Kartanegara. Sedangkan Oditur yang menuntut perkara itu adalah Letnan Kolonel Iskandar SH. Mitzi Tendean, kakak dari Kapten Pierre Tendean yang juga turut tewas dalam aksi penculikan tersebut.

Subandrio dalam buku Kesaksianku tentang G-30-S (2000), Untung yang sempat ditahan di Instalasi Rehabilitasi Cimahi, yakin bahwa dirinya tak bakal dihukum mati, sebab Soeharto bakal membebaskannya.

Namun takdir berkata lain, pada 6 Maret 1966, Mahmilub memberi vonis hukuman Mati kepadanya. 7 Maret 1996, surat keputusan dari Menteri Panglima Angkatan Darat dibuat, dan Letnan Jenderal Soeharto, menyetujui keputusan dan eksekusi mati terhadap Untung pemimpin G30S.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca juga: Letkol Untung Pemimpin Operasi G30S, Peraih Bintang Sakti dari Presiden Sukarno

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

20 hari lalu

Film Darah dan Doa karya Usmar Ismail. wikipedia
Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

Pengambilan gambar film Darah dan Doa dijadikan peringatan Hari Film Nasional setiap 30 Maret


Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

23 hari lalu

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

24 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
Hari Ini 56 Tahun Lalu, Pelantikan Soeharto sebagai Presiden Gantikan Sukarno, Sukmawati Sebut Kudeta Merangkak

Kudera merangkak disebut sebagai kudeta yang dilakukan Soeharto kepada Sukarno, apa itu?


58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

37 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

Pada 12 Maret 1966, MPRS menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Ini menandai berakhirnya kekuasaan Sukarno, berganti Orde Baru


Siapa 3 Jenderal yang Bertemu Sukarno di Istana Bogor Menjelang Supersemar?

38 hari lalu

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Siapa 3 Jenderal yang Bertemu Sukarno di Istana Bogor Menjelang Supersemar?

Kilas balik Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar, ada 3 jenderal yang bertemu Sukarno sebelumnya di Istana Bogor. Siapa mereka?


Kelahiran Putri Sukarno-Ratna Sari Dewi Tepat Setahun Setelah Supersemar, Ini Profil Karina Kartika Soekarno

38 hari lalu

Karina Kartika Sari Dewi Soekarno. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Kelahiran Putri Sukarno-Ratna Sari Dewi Tepat Setahun Setelah Supersemar, Ini Profil Karina Kartika Soekarno

Tepat setahun peristiwa Supersemar, anak Sukarno-Ratna Sari Dewi di Prancis. Ia diberi nama Karina Kartika Soekarno, ini profilnya.


Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

39 hari lalu

Film Djakarta 1966. imdb.com
Film Djakarta 66, Kisahkan Kelahiran Supersemar, Hubungan Sukarno-Soeharto, dan Kematian Arif Rahman Hakim

Peristiwa Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar disertai gelombang demo mahasiswa terekam dalam film Djakarta 66 karya Arifin C. Noer


Fakta dan Peristiwa Supersemar, 3 Poin Penting Surat Perintah Sebelas Maret Sukarno kepada Soeharto

40 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
Fakta dan Peristiwa Supersemar, 3 Poin Penting Surat Perintah Sebelas Maret Sukarno kepada Soeharto

Fakta dan peristiwa Supersemar atau surat perintah 11 Maret yang menandai lengsernya Sukarno. Berikut 3 poin Supersemar Bung Karno kepada Soeharto.


58 Tahun Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret, Apa Isinya?

40 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
58 Tahun Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret, Apa Isinya?

Bagaimana isi Supersemar yang diberikan Sukarno kepada Soeharto 11 Maret 1966?


Ramadan di Masjid Jogokariyan, Ini Profil Masjid yang dikenal Melalui KRJ

40 hari lalu

Masjid Jogokariyan Yogyakarta menyediakan ribuan porsi menu buka gratis setiap hari selama Ramadan. TEMPO | Pribadi Wicaksono.
Ramadan di Masjid Jogokariyan, Ini Profil Masjid yang dikenal Melalui KRJ

Bagaimana sejarah dan proses pembangunan Masjid Jogokariyan yang populer ini? Apa pula KRJ yang diadakan setiap Ramadan?