Yermias lalu meminta istrinya untuk pulang lantaran hari sudah malam. Namun dua orang ibu dan seorang bapak tinggal di kandang babi untuk menemaninya. Mereka awalnya mau mengevakuasi Yermias ke Puskesmas Hitadipa, tetapi TNI melarang keras aktivitas di malam hari.
Menurut para saksi yang menjaga, Yermias meninggal sekitar pukul 12.00 malam WIT. Jenazahnya disemayamkan di kandang babi hingga Ahad pagi. Sekitar pukul 07.00 WIT barulah masyarakat mengevakuasi jenazah Yermias dari Bomba ke kantor Klasis Hitadipa.
Ada setidaknya sebelas tokoh dan sejumlah masyarakat yang turut dalam evakuasi itu. Jenazah Yermias disemayamkan sekitar lima jam di rumah duka lalu dikuburkan di halaman kantor Klasis Hitadipa.
Setelah penguburan, masyarakat segera bubar meninggalkan kampung. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat GKII, Pendeta Daniel Ronda mengatakan ada delapan gereja dan sekolah Alkitab yang kosong karena warga mengungsi.
Daniel mengatakan TNI diduga menggelar operasi mencari penembak anggota mereka, Pratu Dwi Akbar Utomo yang meninggal pada Jumat, 18 September 2020. Dwi Akbar anggota BKO Komando Rayon Militer Persiapan di Hitadipa.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Arm Reza Nur Patria sebelumnya menyatakan Dwi Akbar Utomo ditembak oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB).
Reza mengatakan Panglima Kodam XVII Cenderawasih saat ini sudah mengutus tim ke Hitadipa untuk menginvestigasi dugaan penembakan ini. Ia berjanji akan menyampaikan perkembangan penyelidikan setelah ada laporan dari lapangan.
Tempo menghubungi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. ihwal peristiwa ini, tetapi belum direspons. Namun menurut Pendeta Petrus Bonyadone, Mahfud mengundang pimpinan sinode gereja untuk sebuah pertemuan pada pukul 19.00 WIB nanti.