Di sebuah tanjakan turun 100 meter dari kandang babi menuju rumah, istri Pendeta Yermias bertemu dengan empat orang anggota TNI berseragam lengkap di sepanjang jalan. Salah satu dari mereka sempat menanyakan keberadaan Yermias kepada istrinya.
Sang istri pun menjawab, "Bapa ada di kandang ternak babi", yang disambut jawaban "O...iya," oleh tentara.
Seorang pendeta lainnya sempat bertemu aparat TNI di jalan menuju kandang babi. Aparat tersebut menyampaikan salam hormat kepada pendeta tersebut, yang dibalas hormat dari pendeta.
Sekitar pukul 17.40 WIT, dua orang ibu mendengar suara tembakan dan teriakan minta tolong dari arah kandang babi. Dua saksi tersebut menengok ke arah datangnya suara tembakan dan melihat anggota TNI mengepung kandang babi. Merasa takut, keduanya segera bersembunyi di rumput.
Setelah aparat pergi, kedua ibu itu keluar dari tempat persembunyian dan menuju kandang babi. Mereka menemukan Yermias sudah dalam kondisi kritis. Berselang beberapa menit, istri Pendeta Yermias datang dari Hitadipa bergabung dengan mereka.
Ketika itu sekitar pukul 18.00 WIT. Kepada ketiga saksi, Pendeta Yermias menceritakan dirinya didatangi oleh TNI. Menurut Yermias, mereka bertanya-tanya dan curiga dirinya menyiapkan makanan untuk OPM. Mereka tak percaya atas ucapan Yermias bahwa makanan yang ada adalah untuk ternak babi.
"Bukan untuk OPM, ini makanan tidak baik untuk dimakan manusia," kata Yermias menceritakan jawabannya kepada TNI.
TNI lalu diduga menembak Yermias di paha dan menikam leher serta bahunya dengan sangkur. Pendeta Yermias juga meminta maaf kepada istrinya lantaran menolak ajakan untuk pulang sejak sore.
"Dia kasih tahu sama istrinya, 'Mama, saya sudah ditembak.' Sesudah itu mama marah, 'Kenapa tadi saya sudah bilang tapi Bapak begini tidak dengar saya'. Lalu Bapak bilang minta maaf. 'Sekarang ini saya masih bernapas, jadi mama pulang saja sudah malam'," ujar seorang sumber yang menghimpun informasi di Hitadipa.