TEMPO.CO, Jakarta - Persekutuan gereja dan pegiat hak asasi manusia mendesak pemerintah mengusut insiden penembakan Pendeta Yermias Zanambani (sebelumnya disebut Yeremia Zanambani) di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua pada Sabtu, 19 September 2020.
Ketua GKII Sinode Wilayah Papua, Pendeta Petrus Bonyadone dan sejumlah tokoh masyarakat dari Suku Moni--suku asal Pendeta Yermias--telah menemui Panglima Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab dan Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw pada Selasa, 22 September 2020.
"Harus ada tim investigasi independen yang terbentuk untuk mengecek dan turun langsung," kata Petrus kepada Tempo pada Selasa malam, 22 September 2020.
Yermias Zanambani adalah Ketua Klasis Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) di Hidatipa, Intan Jaya, Papua. Ia juga penerjemah Alkitab ke bahasa Suku Moni.
Petrus mengatakan meninggalnya Pendeta Yermias menyisakan duka cita bagi gereja, jemaat, dan masyarakat. Dia mengatakan, dalam beberapa hari terakhir jemaat gereja-gereja di Papua menggelar doa duka untuk Yermias.
Amnesty International Indonesia juga mendesak Kepolisian Republik Indonesia segera menyelidiki dan mencari tahu pelaku penembakan Pendeta Yermias. Amnesty mendesak kasus ini diusut tuntas.
"Polisi harus mengusut tuntas kasus penembakan Pendeta Yermias Zanambani yang diduga melibatkan TNI," kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dalam keterangannya, Rabu, 23 September 2020.