TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul berharap para tokoh tidak sembarangan mengumbar pernyataan yang memancing perpecahan pasca-pemilihan presiden 2019.
Baca: Jokowi Unggul Quick Count: Sujud Prabowo, Cegukan Sandiaga
“Semua harus menahan diri, dan mohon maaf persoalan ini tidak bisa dilakukan dengan cara adu kuat, sebab sama-sama kuat,” ujar Gus Ipul, sapaan akrabnya, kepada wartawan di Surabaya, Kamis, 18 April 2019.
Wagub Jatim periode 2009-2019 ini percaya Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto sama-sama tokoh bangsa yang mampu merukunkan kembali pendukungnya setelah pemilihan presiden berakhir.
Gus Ipul juga meminta semua pihak bisa menahan diri dan menghormati apa pun kehendak rakyat yang telah menyalurkan suaranya melalui tempat pemungutan suara.
"Jerih payah harus dihargai sebagai proses demokrasi. Pada akhirnya ada yang menang dan ada yang kalah. Saya pernah merasakan kemenangan juga pernah kalah, tapi ini adalah tahapan yang harus diikuti dan dihormati bersama," katanya.
Jika ada kejanggalan atau masalah dalam proses pemilu kali ini, Gus Ipul menyarankan agar menempuh jalur hukum bukan dengan people power seperti isu yang belakangan ini muncul di permukaan.
“Pemilu kali ini memang yang paling besar dan paling rumit. Masyarakat pemilih dengan sabar dan telaten bahkan rela menunggu dan mengantre cukup lama. Ini yang perlu disyukuri dan harus dihargai jerih payah rakyat ke TPS, apa pun pilihannya,” kata dia.
Ia menyarankan kepada para kiai sepuh di Jawa Timur segera menggelar pertemuan untuk mendorong situasi damai dan tenang.
Baca: Salawat Antar Gus Ipul Akhiri Masa Jabatan di Jawa Timur
"Di sana ada ulamanya, di sini juga ada ulamanya. Kalau para ulama dan kiai kita bisa bertemu, insya Allah umat akan ikut. Kami semua ingin yang menang tidak jumawa, yang kalah bisa lapang dada dan saling menghormati,” katanya.