TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia atau KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo menilai aksi Reuni Akbar 212 menjadi salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih presiden di pemilihan presiden 2019 mendatang.
Baca juga: Panitia Klaim Alumni Berbeda Kelompok Dukung Reuni Akbar 212
Hal tersebut diungkapakan Kunto berdasarkan survei yang dilakukan lembaganya pada 15-23 November 2018, dengan 1.317 responden di 27 provinsi dengan suara terbesar di Indonesia.
“Sebanyak 20,6 persen pemilih nasional mengatakan bahwa aksi 212 menjadi faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih presiden,” ujar Kunto saat dihubungi Tempo pada Ahad, 2 Desember 2018. Margin error suvei ini sebesar 2,7 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurut Kunto, acara reuni ini bersifat proselyting alias berkumpul untuk meneguhkan keyakinan. “Jadi mereka yang menjadikan reuni 212 sebagai pertimbangan dalam menentukan pilihan presiden adalah mereka yang sebenarnya sudah tidak mau memilih Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin dan sekarang diteguhkan dan diyakinkan untuk memilih Prabowo,” ujar Kunto.
Saat telekonferensi di acara Reuni Akbar 212, pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menyerukan agar umat Islam memilih calon presiden yang direkomendasikan Ijtima Ulama GNPF, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Juru Bicara BPN Prabowo - Sandi, Andre Rosiade mengatakan pernyataan Rizieq tersebut bukan untuk mengampanyekan Prabowo dan tidak dimanfaatkan timnya sebagai bentuk kampanye terselubung. Toh, ujar dia, yang menyerukan memilih capres usungan Ijtima Ulama adalah Rizieq Shihab, bukan Prabowo yang hadir sebagai undangan di Reuni Akbar 212 itu. “Habib Rizieq berhak menyampaikan pendapatnya,” ujar dia.
Baca juga: Politikus PSI Minta Bawaslu Awasi Reuni Akbar 212
Jika banyak peserta yang meneriakkan ganti presiden, Prabowo Presiden dan sejenisnya di acara Reuni Akbar 212 itu, ujar Andre, hal tersebut sama sekali tidak ada yang mengarahkan. Jika kemudian acara ini berdampak terhadap elektabilitas Prabowo, pihaknya hanya bisa mensyukurinya. “Kalau berdampak secara tidak langsung ke elektabilitas Prabowo, itu juga kita belum tahu. Nanti kan bisa diukur lewat survei,” ujar Andre.