TEMPO.CO, Jakarta -Aliansi Jurnalis Independen disingkat AJI Indonesia kembali memilih nominasi penerima Udin Award. Penghargaan ini diberikan AJI sebagai upaya untuk mendorong kebebasan pers dan kebebasan berekspresi di Indonesia.
Tempo Media dan Heyder Affan dari BBC Indonesia, terpilih menjadi pemenang Udin Award 2018. Tempo Media, menerima serangan persekusi oleh kelompok Front Pembela Islam atau FPI setelah menurunkan karikatur yang dianggap melecehkan pimpinan FPI Rizieq Shihab.
Baca : AJI Usulkan Udin Bernas Dapat Penghargaan dari UNESCO
Jauh sebelum persekusi FPI, Tempo hampir selalu menghadapi serangan serta gugatan namun tak sedikit pun menyurutkan daya kritisnya untuk terus menyajikan berita bagi publik.
Tempo dalam setahun terakhir, juga aktif terlibat dalam kolaborasi International Concorsium Investigative Journalists (ICIJ) membongkar persoalan pajak orang-orang penting di negara ini.
“Keberanian tidak datang sendiri. Keberanian muncul lewat proses yang saling menguatkan. investigasi membutuhkan kerja kelompok yang militan, keinginan untuk mempertanyaan asumsi asumsi sendiri, kepatuhan pada etika dan keberanian untuk menanggung resiko,” ucap Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Arif Zulkifli melalui pesan singkat, Jumat, 7 September 2018.
Sementara itu, Affan, wartawan BBC Indonesia, dipilih setelah beberapa waktu lalu mengalami pengusiran saat meliput penanganan masalah campak dan gizi buruk di Papua hingga dia tak bisa melanjutkan liputan.
Affan dan dua rekannya, diusir oleh aparat keamanan karena dituding memberitakan kondisi yang tidak memihak pada upaya penanganan yang dilakukan pemerintah.
Simak : Seorang Jurnalis Yogyakarta Diduga Dikeroyok Suporter Sepak Bola
Pada saat rekannya diusir serta visanya dipersoalkan, Affan terlibat aktif mendampingi dan mengadvokasi kasus tersebut. Dia mengambil risiko besar saat melakukan pendampingan karena intimidasi aparat yang dialami.
Keputusan dewan juri untuk memilih Tim Tempo dan Affan, tentunya tidak mengecilkan arti kasus kekerasan yang lain yang terjadi selama setahun terakhir, serta berbagai upaya yang telah dan akan terus dilakukan atas kasus itu.
Massa FPI saat berdemo di depan Kantor TEMPO Media Grup, Jakarta, 16 Maret 2018. Aksi ini dihadiri sekitar 200 orang anggota FPI dan dua ormas lainnya. TEMPO/Subekti.
AJI Indonesia sudah empat tahun berturut-turut tak menghasilkan kandidat yang kuat sebagai penerima Udin Award. Namun munculnya dua peraih Udin Award kali ini, sekaligus menandai kondisi keselamatan pers kita masih dibayangi ancaman.
Dalam catatan AJI, setidaknya ada 75 kasus kekerasan terhadap jurnalis yang terjadi sepanjang rentang waktu itu. Bentuk-bentuk serangan intimidasi di ranah media sosial dan pengusiran, mulai massif akhir-akhir ini. Bahkan buntut dari kekerasan itu kemudian melahirkan tindakan persekusi terhadap media dan jurnalis oleh kelompok yang tidak setuju dengan pemberitaan.
Baca juga : Anggaran Sosialisasi Pilpres untuk 16 Ribu Warga DKI Tembus Rp 11 Miliar
Kilas balik, Udin Award, diambil dari kata panggilan wartawan Harian Bernas, Yogyakarta, Fuad Muhammad Syafruddin yang meninggal dunia pada 16 Agustus 1996 di Yogyakarta.
Udin dianiaya orang tidak dikenal karena berita korupsi yang ditulisnya pada 13 Agustus 1996, dan meninggal dunia tiga hari kemudian. Sampai saat ini, kasusnya tidak tuntas diusut. Pelaku pembunuhan Udin tak pernah terungkap hingga saat ini.
Melalui Udin Award, AJI ingin memberikan penghargaan kepada jurnalis maupun kelompok jurnalis profesional, dan memiliki dedikasi pada dunia jurnalistik, serta menjadi korban kekerasan.