TEMPO.CO, Jakarta --Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku belum bisa menjawab soal spekulasi karirnya setelah pensiun sebagai Panglima TNI pada Maret 2018. Ia juga menolak bicara soal peluangnya ikut Pilpres 2019 dengan alasan masih aktif sebagai anggota TNI. "Saya kan juga belum resmi pensiun, jadi aturan TNI kepada saya (tak boleh berpolitik) masih berlaku," ujar Gatot Nurmantyo Selasa, 5 Desember 2017.
Gatot beberapa kali diisukan hendak maju sebagai calon wakil presiden atau bahkan calon presiden pada 2019. Kabar tersebut muncul setelah dia beberapa kali membuat pernyataan atau melakukan tindakan yang bernada politis. Namun sebenarnya, bagaimana peluang Gatot Nurmantyo?
BACA: Pilpres 2019, Gatot Nurmantyo Bisa Jadi Senjata Rahasia Jokowi
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan, kekuatan Gatot Nurmantyo selama ini dalam menarik perhatian publik adalah posisinya sebagai Panglima. Ia tak yakin, peluang Gatot dalam Pilpres akan tinggi karena Gatot kesulitan menjaga elektabilitasnya terutama setelah ia pensiun sebagai Panglima TNI. Soalnya saat menjadi panglima seperti saat ini saja, elektabilitas Gatot di bawah 5 persen.
Arya Fernandes menyebut survei CSIS pada September lalu menunjukkan elektabilitas Gatot ada di kisaran 1,8 persen. Jumlah ini naik dari tahun lalu yang hanya 0 persen. Survei lain sebagai pembanding misalnya, Survei Poltracking pada 8-15 November 2017 menunjukkan Gatot Nurmantyo 0,8 persen. Pun juga Indobarometer pada 15-23 November 2017, Gatot sedikit lebih besar yaitu 3,2 persen namun masih di bawah Ahok dan Anies Baswedan. Ada pun Orkestra pada 6-20 November 2017 menyebut angka 2,8 persen.
Baca: Tiga Cawapres Jokowi versi Charta Politika: Gatot, Tito dan SMI
"Saya kira memang tidak mudah bagi Gatot Nurmantyo untuk mendapatkan perhatian publik setelah tak lagi menjadi panglima, soalnya ia kehilangan panggung setelah pensiun. Tantangan Gatot mendapatkan tiket pencalonan juga masih sulit," kata Arya, Selasa, 5 Desember 2017.
Menurut Arya, bila Gatot benar-benar berminat maju dalam Pilpres 2019, maka ia pasti akan melakukan upaya keras itu. Namun Arya mengaku belum bisa mengetahui langkah tepat apa yang harus dilakukan oleh Gatot agar bisa bersaing di Pilpres 2019 nanti.
Baca: Begini Kalkulasi SMRC Jika Gatot Nurmantyo Ikut Pilpres 2019
Sosok Gatot sendiri saat ini dikenal dekat dengan sejumlah tokoh Islam. Namun, kitu belum tentu bisa menjadi pegangan lantaran karakter pemilih muslim yang sangat longgar.
Pemilih muslim di Indonesia, kata Arya, tersebar ke banyak partai dan tidak dominan ke salah satu partai ataupun kandidat calon presiden. "Jadi bila Gatot Nurmantyomenggarap pemilih muslim secara massif harus menyadari bahwa pemilih muslim akan fleksibel dalam memilih, karena akan banyak juga yang akan memilih Presiden Joko Widodo," tuturnya.
AHMAD FAIZ