TEMPO.CO, Jakarta - Bagi petani, nelayan, dan masyarakat marginal lainnya di Sulawesi Tenggara, nama La Ode Ota sudah tidak asing lagi. Ota, demikian sapaan akrabnya, adalah aktivis yang kerap mendampingi dan mengadvokasi petani, nelayan, dan warga adat saat berhadapan dengan pemerintah ataupun korporasi. Baca :Caleg Ideal Versi Aktivis Koalisi Bersih 2014 ).
Pada 2014, Ota berniat maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari PDI Perjuangan di daerah pemilihan Sulawesi Tenggara. Ini adalah ketiga kalinya dia mencoba menjadi wakil rakyat di parlemen.
Pada 2004, laki-laki 50 tahun ini maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah namun gagal. Lima tahun berikutnya, Ota berkampanye untuk pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara. Sayangnya, dia lagi-lagi tak lolos. (Baca juga :Ali Husin, Caleg Penjaga Flora dan Fauna Riau )
Kali ini Ota cukup percaya diri. Modalnya adalah popularitas dan citra sebagai pembela orang-orang pinggiran. Portofolio pendukungnya yakni jabatan Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Tenggara pada 2002 dan pendiri Yayasan Swadaya Masyarakat Indonesia, lembaga advokasi untuk petani.
Mungkin sebagian aktivis merasa alergi jika harus masuk partai guna memperjuangkan idealismenya. Namun, bagi Ota, partai lebih efektif untuk menjembatani kepentingan masyarakat yang dia bela, yakni dengan menjadi eksekutor kebijakan di pemerintah ataupun Dewan Perwakilan Rakyat. “Menjadi anggota legislatif itu cara langsung mengeksekusi kebijakan,” kata Ota kepada Tempo. (Baca : Rp 400 Juta, Modal Nyaleg Taufik Basari ).
Meski dikenal sebagai aktivis tulen, toh, Ota pernah mencecap kiprah di dunia politik dan birokrasi. Pada 2013, Bupati Wakatobi, Hugua, mengangkatnya sebagai staf ahli. Dengan gaji Rp 1,8 juta per bulan, Ota keluar dari Walhi tanpa memutuskan koneksi dengan teman-temannya di jaringan organisasi swadaya. Karena itu, ketika dia mundur sebagai staf ahli dan mencalonkan diri menjadi legislator nasional, dukungan dan bantuan mengalir ke sakunya. “Saya tak punya tim sukses,” katanya. “Hanya teman-teman ini yang membantu saya di lapangan.”
TIM TEMPO | FERY FIRMANSYAH
Baca Edisi Khusus Caleg Pilihan Tempo, klik di sini
Berita Terprno Akui Terima Uang dari Atut
Jokowi Berusaha Dekati Kubu Pro-Megawat
Kereta Api Malabar Terguling ke Jurang