Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Calon Presiden Harus Sarjana Untuk Jegal Megawati

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Yuddy Chrisnandy, politisi Partai Golkar menilai usulan calon presiden harus berpendidikan sarjana adalah gerakan politik yang terlalu kasar dan tendensius. "Saya malihat arahnya ke Megawati," katanya ditemui Tempo diruangannya, Jumat (16/3).Menurutnya, usulan tersebut tidak adil dan menutup peluang calon-calon presiden yang berpendidikan di bawah sarjana. "Mestinya peraturannya normatif saja," ujarnya. Lebih lanjut, anggota komisi I DPR ini mengusulkan agar usulan tersebut dicabut. Dirinya juga menyatakan agar Presiden menegur Menteri Dalam Negeri yang memberikan usulan yang tidak etis dan merugikan presiden. "Seolah-olah SBY ketakutan berhadapan dengan Megawati," katanya.Theo L Sambuaga juga menganggap tidak perlu adanya persyaratan calon presiden harus S1. "Kalau perlu ya SMA saja. Dirinya berpendapat bahwa tidak semua warga yang memenuhi syarat mampu untuk meneruskan ke perguruan tinggi," katanya.Soetardjo Soerjo Goeritno juga berpendapat sama dengan kedua politisi partai golkar tersebut. "Calon presiden yang penting lulus SMA dan bisa baca tulis," katanya.Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati pada temu wicara mahkamah konstitusi dan PDIP tidak ambil pusing dengan usulan tersebut. "Jawaban saya ya terserah rakyat yang memilih," katanya. Calon presiden PDIP ini berpendapat bahwa saat ini pemilihan presiden dilakukan secara langsung oleh rakyat. "Kalau dulu kan ada rekayasa, kalau sekarang rekayasanya masih ada tapi cuma sedikit,' ujarnya berseloroh.Wakil Ketua DPR RI, Zaenal Ma’arif tidak sependapat syarat sarjana dicantumkan sebagai salah satu persyaratan menjadi Presiden RI. Menurutnya, jabatan presiden bukan persoalan akademis.‘’Jabatan presiden itu bukan masalah akademis. Status akademis tidak bisa dijadikan jaminan kepiawaian seseorang dalam memimpin negara. Karena persoalan negara bukanlah persoalan akdemis. Tapi lebih karena kemampuan manajerial dan feeling yang bagus,’’ tandas Zaenal di Kampus UMS Solo, Jum’at (16/3).Karena itu, Zaenal Ma'arif meminta agar Pemerintah menarik kembali usulan mengenai persyaratan bahwa calon presiden pada Pemilu 2009 mendatang minimal berijasah S1 atau sarjana.Pasalnya, lanjut Zaenal, kalau persoalan itu dipaksakan akan bisa jadi masalah serius sehingga akan lebih baik kalau ditarik saja syarat itu.Zaenal menyarankan pemerintah sebaiknya tidak terlalu berlebihan dalam menetapkan syarat calon presiden. Terlebih hal itu justru akan menimbulkan kesan bahwa kalau tidak sarjana tidak mampu memimpin bangsa.‘’Padahal, banyak juga orang-orang yang tidak bergelar akademis tapi memiliki kemampuan untuk itu. Banyak orang-orang yang memiliki kemampuan tapi tidak pernah belajar secara formal,’’ tandasnya.Karena itu, Zaenal berpendapat persyaratan akademis semacam itu lebih pas untuk diterapkan pada calon menteri. Tetapi untuk presiden, karena dipilih langsung oleh rakyat, sebaiknya hal itu tidak diberlakukan.GUNANTO ES, Anas Syahirul
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.


DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

Wakil Ketua Komisi II DPR RI Saan Mustofa
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.


Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Ketua DPR Setya Novanto melambaikan tangan sembari tertawa usai mengikuti Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 15 Maret 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.


Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Putera sulung mantan Presiden SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (tengah) menyerahkan piala kepada Ketua Pelaksana Kejuaraan Asia Karate SBY Cup XIV Jackson AW Kumaat (keempat kiri) di Jakarta, 25 Februari 2017. ANTARA FOTO
Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini


Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Presiden Joko Widodo memberi pernyataan usai Rapim TNI, didampingi Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Cilangkap, 16 Januari 2017. TEMPO/Yohanes Paskalis
Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.


Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Susilo Bambang Yudhoyono membacakan pidato politiknya usai ditetapkan menjadi ketum periode 2015-2020 dalam penutupan Kongres Demokrat di Surabaya, 13 Mei 2015. Dalam pidato politiknya SBY membacakan 10 rekomendasi hasil kongres untuk landasan kerja selama lima tahun kedepan. TEMPO/Nurdiansah
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.


Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Relawan membentangkan Bendera Merah Putih raksasa saat mengikuti kirab budaya menyambut Presiden ketujuh Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di kawasan MH Thamrin, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.


Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Pendukung Jokowi-JK menggunduli rambutnya saat Pemilu Presiden 2014 di posko Relawan Keluarga Nusantara di Kuta, Bali, 9 Juli 2014. TEMPO/Johannes P. Christo
Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.


Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Pimpinan MPR terpilih, Ketua Zulkifli Hasan bersama Wakil Ketua (kiri-kanan) Hidayat Nur Wahid, H. Mahyuddin, Evert Erenst Mangindaan dan Oesman Sapta Odang berfoto bersama pada Sidang Paripurna pemilihan pimpinan MPR di Gedung Nusantara, Jakarta, 8 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.


Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Jokowi. ANTARA/Rosa Panggabean
Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.