TEMPO.CO, Jakarta - Nahdlatul Wathan, disingkat NW, menjadi organisasi massa Islam pertama yang membangun ekosistem di Ibu Kota Nusantara (IKN). Selain kantor pusat, NW juga akan membangun pondok pesantren serta fasilitas pendukung dakwah di wilayah Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur tersebut.
Adapun peletakan batu pertama pembangunan kompleks NW telah dilakukan pada Ahad, 5 Mei 2024. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) TGKH Lalu Gede Zainuddin Atsani menuturkan, NW akan membangun ekosistem di atas lahan seluas 11 hektare.
“Target penyelesaian pembangunan kantor PBNW sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi berkantor di IKN. Jadi, Kantor PBNW harus sudah bisa ditempati, sebelum itu,” kata Atsani dalam keterangannya, Ahad.
Ekosistem kantor pusat NW di IKN ini adalah yang pertama luar Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebagai basis awal, Atsani berharap kompleks NW akan menjadi salah satu pondok pesantren terbesar di IKN.
Profil Nahdlatul Wathan atau NW
Nahdlatul Wathan atau familiar disebut NW merupakan organisasi massa keislaman berpengaruh di wilayah NTB. Organisasi ini didirikan oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pada 1953 dan genap 71 tahun pada 1 Maret lalu. Nahdlatul Wathan sendiri berarti kebangkitan bangsa.
Cikal-bakal organisasi ini bermula ketika Tuan Guru Pancor, panggilan akrab sang pendiri, mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) untuk murid laki-laki pada 22 Agung 1937. Enam tahun kemudian, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga mendirikan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) pada 21 April 1943 untuk murid perempuan.
Selain merupakan akar berdirinya NW, kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama yang berdiri di Pulau Lombok. Pada zaman penjajahan, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan. Bersama guru-guru madrasah, ia membentuk Gerakan Al-Mujahidin untuk membela tanah air.
Pernah jadi bagian NU
Pada awalnya NWDI dan NBDI merupakan bagian dari Nahdlatul Ulama atau NU yang masuk ke Sunda Kecil, sebutan wilayah Nusa Tenggara, sejak 1930. Kala itu TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid diangkat sebagai Konsulat NU Sunda Kecil pada 1950. Ia menggantikan Syekh Abdul Manan yang sudah menduduki jabatan tersebut sejak pendirian NU Sunda Kecil.
Melalui NU yang waktu itu masih tergabung ke dalam Masyumi,TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid juga menjadi pimpinan Dewan Syuriah Masyumi. Ketika NU memutuskan untuk menjadi partai politik dan terpisah dari Masyumi pada 1952, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid berada di kubu yang tidak mengikuti keputusan tersebut.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid lalu meletakkan jabatannya sebagai Konsulat NU Sunda Kecil dan menyerahkannya kepada sang murid, TGH Lalu Faisal Abdul Manan. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid kemudian mendirikan NW sebagai wadah bagi jaringan NWDI dan NBDI yang tidak terikat dengan NU.
Perkembangan madrasah-madrasah cabang dari NWDI dan NBDI cukup pesat. Hingga 1997, tercatat sebanyak 647 lembaga pendidikan telah didirikan, dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Begitu pula dengan lembaga sosial dan dakwah Islamiyah yang ada di bawah naungan NW, telah tersebar di Indonesia. Hingga 2016, tercatat lebih dari 1.000 madrasah NW didirikan.
Perpecahan internal
Penetapan salah satu putri pendiri NW, Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid, sebagai Ketua Umum PBNW di Muktamar X di Praya, Lombok Tengah pada 1998 menyebabkan perpecahan internal. Sebab hasil muktamar tersebut ditolak oleh pihak Pancor. Pihak NW yang mendukung Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid memindahkan pusat gerakan mereka ke Anjani sehingga NW terbagi menjadi NW Anjani dan NW Pancor.
Pada 23 Maret 2021, dua kubu NW melakukan mediasi di Mataram. Kubu Anjani dipimpin oleh RTBG Lalu Gede Muhammad Zainuddin Atsani, sedangkan kubu Pancor dipimpin oleh TGB Muhammad Zainul Majdi. Dari pertemuan tersebut, kubu Anjani meneruskan nama NW, sedangkan kubu Pancor membentuk organisasi baru menggunakan nama Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah atau NWDI.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | AMIRULLAH
Pilihan Editor: Bukan Muhammadiyah atau NU, Ini Ormas Islam Pertama yang Bangun Kantor Pusat di IKN