TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Gunungkidul mendesak para pemangku kepentingan, khususnya tingkat kecamatan, mengawasi area-area bertebing yang semakin rawan longsor akibat dijejali bangunan baru.
Kepala Seksi Mitigasi dan Kesiapsiagaan BPBD Gunungkidul, Nugroho Wahyu, mengatakan area yang menjadi kewaspadaan longsor seperti di kawasan Patuk yang berbatasan Kecamatan Piyungan, Bantul.
Di antara dua kecamatan itu, terdapat spot wisata yang dikenal sebagai Bukit Bintang, yang kini menjadi tren warga dan wisatawan melihat suasana Yogyakarta di malam hari dari atas ketinggian bukit.
Dengan tingginya minat wisatawan mendatangi lokasi itu, sejumlah bangunan seperti warung-warung komersial berdiri di pinggir tebing curam sejak beberapa tahun terakhir. Bangunan di pinggir tebing itu sebagian besar berada di wilayah Bantul. "Untuk lahan yang masuk area Patuk, Gunungkidul, sementara ini belum kami temukan bangunan baru, yang rawan memicu longsor. Namun kawasan itu wajib diwaspadai," ujarnya.
Camat Patuk, Gunungkidul, Haryo Ambar Suwardi, mengakui pemerintah tak bisa berbuat banyak melarang bangunan berdiri di pinggir tebing, meski berbahaya dan rawan memicu longsor. "Kebanyakan lahan pinggir tebing itu masih milik perorangan, dan berada di kabupaten lain," ujarnya.
Menurut Ambar, kawasan di sekitar Bukit Bintang yang masuk wilayah Gunungkidul, dia memastikan belum ada warga yang mendirikan bangunan. "Sudah disepakati bersama pinggir tebing curam itu kawasan konservasi. Sebisa mungkin tak ada bangunan," kata dia.
Sebagai gantinya, pemerintah Kecamatan Patuk, Gunungkidul, memberikan lahan alternatif untuk warga yang ingin membangun obyek seperti Bukit Bintang. Namun lebih aman struktur tanahnya. Yakni di Dusun Mangol, jaraknya sekitar tiga kilometer dari Bukit Bintang. "Yang penting tidak ada di pinggir lahan rawan longsor," ujarnya.
Kepala Seksi Mitigasi dan Kesiapsiagaan BPBD Gunungkidul, Nugroho Wahyu menambahkan, area wisata rawan longsor lain yang diwaspadai saat puncak penghujan ini difokuskan pada seluruh kegiatan susur goa dan sepanjang aliran Kali Oya.
Komandan Tim Reaksi Cepat BPBD DIY, Pristiawan Buntoro, mengatakan masih tingginya intensitas hujan pada akhir Maret ini, belum diikuti munculnya fenomena tanah bergerak di sejumlah lokasi rawan.
PRIBADI WICAKSONO