TEMPO.CO, Kediri – Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf berpendapat rendahnya partisipasi masyarakat pada pemilihan kepala daerah serentak dipengaruhi banyak hal. Di antaranya jenuh terhadap proses politik dan bosan pada sosok kandidat yang hanya itu-itu saja. Meski jumlah pemilih rendah, namun dia tidak mempermasalahkan karena proses pemilihan berlangsung jujur dan adil.
”Äda banyak sebab kenapa masyarakat enggan memilih,” kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah, di Pondok Pesantren Lembaga Dakwah Islam Indonesia Kelurahan Burengan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Rabu, 16 Desember 2015.
Saifullah tidak menyalahkan masyarakat yang jenuh bolak-balik ke tempat pemungutan suara lantaran pemilihan legislatif, bupati/ wali kota, gubernur, maupun presiden seluruhnya dilaksanakan secara langsung. Selain itu, faktor kandidat yang kurang menarik turut mempengaruhi minat masyarakat datang ke TPS.
Meski tak maksimal, namun Gus Ipul tetap meminta masyarakat menghargai siapapun yang terpilih. Seberapa kecil pun suara yang didulang kepala daerah terpilih, tetap dianggap sah dan wajib ditaati. “Saya juga memprediksi pemilihan gubernur nanti tingkat partisipasinya tak jauh beda di kisaran 60 persen,” kata bekas Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor ini.
Mengenai peluangnya maju pada pemilihan Gubernur Jawa Timur pada 2017, kemenakan mendiang Gus Dur ini enggan berkomentar. Menurutnya tak elok mendahului memberikan sinyal sebelum masa pemilihan dimulai. “Nanti kalau saya bilang siap dicalonkan menjadi gubernur, banyak yang mengejek belum waktunya (kok kampanye),” katanya sambil tertawa.
Komisioner KPU Kabupaten Kediri Samsuri memberikan alasan serupa perihal rendahnya partisipasi pemilih di wilayahnya. Rendahnya daya tarik kandidat, menurut dia, turut mempengaruhi masyarakat Kabupaten Kediri menggunakan hak suaranya untuk memilih dua pasangan calon Haryanti – Masykuri dan Ari Purnomo Adi – Arifin Tafsir. “Faktor daya tarik kandidat saya kira sangat berpengaruh di Kediri,”kata Samsuri.
Selain itu, persoalan hujan juga menjadi penghalang hadirnya masyarakat Kediri saat pencoblosan berlangsung. Menurut evaluasi KPU, tingkat kehadiran masyarakat di lereng Gunung Wilis dan Gunung Kelud sangat rendah karena mengutamakan bercocok tanam. Maklum, di kawasan ini para petani menggantungkan irigasi dari tadah hujan.
Hujan deras mengguyur sehari sebelum pemilihan, yang merupakan momentum berharga bagi petani. Tercatat seluruh TPS di 10 kecamatan di wilayah Gunung Kelud dan Wilis hanya dihadiri tak lebih 50 orang saja dari DPT sebesar 500 – 600 orang per TPS.
HARI TRI WASONO