TEMPO.CO, Banjarmasin - Sedikitnya 65 remaja masjid di Kota Banjarmasin yang tergabung dalam Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) wilayah Kalimantan Selatan mulai mendapat pelatihan bela negara. Pelatihan ini bertujuan memompa nasionalisme dan antisipasi terhadap paham radikal di Kalimantan Selatan. Para peserta ini terdiri atas 57 pria dan 8 wanita.
Ketua BKPRMI Kalimantan Selatan Hermansyah mengatakan pelatihan bela negara diisi materi baris-berbaris, kedisiplinan, ketenteraman ketertiban, dinamika kelompok, bela diri militer, dan persatuan-kesatuan. Pelatihan ini digelar di halaman kantor Gubernur Kalimantan Selatan selama dua hari, 6-7 November 2015.
“Pengisi materi dari Polda, Korem, dan Badan Diklat Kalsel. Ini baru pertama kali di Kalsel, tahun depan di kabupaten/kota yang lain,” ujar Hermansyah di sela pembukaan pelatihan bela negara, Jumat, 6 November 2015.
Agenda ini menindaklanjuti keputusan pemerintah pusat terkait dengan kewajiban bela negara terhadap WNI. BKPRMI, kata dia, dipilih karena berkecimpung dalam organisasi kepemudaan. Menurut dia, idealnya pelatihan bela negara ini digelar selama empat hari. “Agar terpupuk semangat nasionalisme di kalangan remaja. Saat ini, anggota BKPRMI Banjarmasin ada 100 orang dan kami harapkan bertambah 500 anggota baru,” ujarnya.
Asisten Administrasi Umum Provinsi Kalimantan Selatan Haris Karno mengatakan pelatihan bela negara ini bertujuan menghasilkan generasi muda yang berdisiplin dan bermental kebangsaan. Menurut dia, bela negara sejatinya sudah berlangsung lama, termasuk di kalangan pegawai negeri. “Saya dukung ini. Kita kan belum wajib militer, bela negara untuk membentuk nasionalisme yang tinggi,” ujarnya.
Upacara pembukaan pelatihan bela negara ini dibuka dengan pembacaan Al-Quran surat Ali Imran ayat 110. Anehnya, empat anggota BKPRMI yang berdiri tegap di tengah upacara tiba-tiba keluar dari barisan. Padahal mereka akan digembleng secara semimiliter. “Saya enggak kuat kalau berdiri lama,” kata Muhammad Hasby, seorang peserta yang lemas.
Adapun peserta lain, Nurdin Jaya, tidak mengetahui apa maksud kegiatan bela negara. Selepas mengikuti pendidikan dua hari, ia hanya berharap memperoleh keahlian untuk menolong orang lain. “Saya ingin bisa bela diri,” katanya.
DIANANTA P. SUMEDI