TEMPO.CO, Kumai - Tak ada kesibukan yang berarti di Pelabuhan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, pada siang menjelang sore hari ini. Lehan, salah satu nelayan Kumai, terlihat hanya bersantai di pinggir perahu.
"Saya sudah enam hari tidak melaut," kata Lehan, di Pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah, Sabtu, 18 Januari 2015. (Baca:Ikan Tercemar Korban Air Asia? Bupati Tiru Jokowi)
Ia mengungkapkan, sejak tragedi AirAsia QZ8501, ikan-ikan hasil tangkapan Lehan dan kelompoknya tak pernah habis terjual. Masyarakat, kata dia, tak mau membeli ikan karena khawatir ikan yang ditangkap nelayan sudah memakan jasad korban pesawat yang jatuh di perairan Selat Karimata itu.
Keluhan tak hanya datang dari Lehan. Menurutnya, rekan-rekan nelayan lain juga mengeluhkan hal yang sama. Tengkulak di tempat pelelangan ikan pun tak mau membeli ikan tangkapan nelayan karena tak laris di pasaran. Tentu hal itu ikut mempengaruhi pendapatan nelayan Kumai.
"Sebenarnya bukan masalah makan daging orang, tapi pesawat itu banyak jenazah yang takutnya ada virus," kata Lehan. (Baca:Hari Ke-21, 5 Korban Air Asia Teridentifikasi)
Baca juga:
Pendapatannya pun turun drastis. Ia menjelaskan, setiap melaut ia dan kelompok nelayan mampu menjual hingga Rp 10 juta dari beragam jenis ikan seperti bawal, telang, dan senangin. Tapi, kecelakaan pesawat AirAsia pada 29 Desember 2014 itu membuatnya pendapatan turun menjadi Rp 6 juta. Ini tentu tak bisa menutup biaya solar untuk melaut.
Ia berharap masyarakat tak lagi berpikir bahwa ikan yang ditangkap mengandung virus atau berbahaya untuk dikonsumsi. Sebab, lanjutnya, jarak melaut nelayan Kumai berada jauh dari lokasi tenggelamnya pesawat AirAsia QZ8501.
Ia menyebut, jarak wilayah tangkapan ikan nelayan Kumai dengan lokasi tenggelamnya pesawat mencapai lebih dari 50 mil. "Kami kan tidak sampai ke sana (lokasi penemuan badan pesawat)," katanya.
Kini, aktivitas Lehan hanya menunggu sampai keadaan kembali membaik dan masyarakat paham tak ada pengaruh apapun dari tragedi AirAsia terhadap ikan yang dibawa para nelayan. (Baca: Bodi Air Asia Ketemu, Basarnas 'Tantang' Moeldoko)
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Achmad Yani mengatakan, tragedi pesawat AirAsia yang jatuh dalam perjalanan Surabaya-Singapura itu membuat nelayan Kumai enggan melaut. Tengkulak pun menghentikan penjualan di pasar karena tidak laku.
"Perairan Karimata sangat jauh dari wilayah kami tapi imbasnya ke kami sangat besar. Saya minta masyarakat tidak khawatir makan ikan yang ditangkap oleh nelayan kami," ujarnya.
ROSALINA
Baca berita lainnya:
Jokowi Pilih Budi Gunawan, Ahok: Orang Salah Paham
Tunda Budi, Jokowi Hindari 3 Masalah Besar
Jokowi Tunda Budi Gunawan, Ini Drama di Istana
Abdee Slank Bicara Soal Artis dan Keputusan Jokowi
Tunda Budi, Jokowi Atasi Desakan Kubu Megawati