TEMPO.CO, Tegal - Simulasi penanganan bencana erupsi Gunung Slamet serentak dilaksanakan di Kabupaten Purbalingga, Tegal, dan Brebes, Jumat, 14 Maret 2014. Di Kabupaten Tegal, simulasi dipusatkan di lapangan Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. (baca: Hujan Abu Mulai Turun di Lereng Gunung Slamet)
Pantauan Tempo, ribuan warga tampak antusias mengikuti simulasi yang digelar tim gabungan dari Komando Distrik Militer 0712/Tegal, Kepolisian Resor Tegal, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tegal, Palang Merah Indonesia, dan sejumlah organisasi pemuda.
Lapangan Desa Tuwel dipilih sebagai pos pusat penanganan bencana erupsi Gunung Slamet. Simulasi yang berlangsung sejak pukul 09.00-11.00 WIB itu di bawah pengawasan Komando Resor Militer (Korem) 071/Wijayakusuma. (baca: Aktivitas Gunung Slamet Terus Meningkat )
Di lapangan berjarak sekitar 9 kilometer dari utara puncak Gunung Slamet itu didirikan delapan tenda. Tenda-tenda itu didirikan sejak Kamis sore. Tiap satu tenda mampu menampung sekitar 200 orang. Di lapangan itu juga disiapkan tempat khusus untuk menampung ternak milik warga.
Selain di lapangan Desa Tuwel, simulasi juga dilakukan di lapangan Desa Suniarsih, Kecamatan Bojong, dan lapangan Desa Batumirah, Kecamatan Bumijawa. Jarak kedua lapangan itu dari puncak Gunung Slamet berkisar 7-9 kilometer.
Baca Juga:
Sebagai subpos, di kedua lapangan itu masing-masing hanya didirikan dua tenda dengan kapasitas sama. Simulasi dimulai dengan proses pengumpulan warga di balai desa masing-masing. Selanjutnya, warga diangkut dengan sejumlah truk dan mobil bak terbuka menuju tiga lapangan tersebut.
"Kegiatan ini untuk melatih kesigapan anggota sekaligus meningkatkan kesiapan warga dalam menghadapi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi sewaktu-waktu," kata Komandan Korem 071/Wijayakusuma Kolonel (Inf) Edison.
Edison mengatakan jajarannya di lima kabupaten yang berbatasan dengan Gunung Slamet telah menyiapkan seratus anggota atau satu satuan setingkat kompi (SSK). Lima kabupaten itu adalah Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes.
"Kalau status Gunung Slamet dinaikkan lagi, jumlah pasukan akan ditambah," ujar Edison. Ia berujar, simulasi penanganan bencana erupsi itu sudah disosialisasikan sejak Jumat pekan lalu. "Saat itu, warga sudah bersemangat. Padahal status gunung saat itu masih normal," ujarnya.
Menurut salah seorang warga Desa Dukuhtengah, Imam Rojai, 42 tahun, suara gemuruh dari puncak Gunung Slamet masih sering terdengar. "Biasanya, tiap sore menjelang petang. Tapi suara gemuruhnya tidak sekeras saat erupsi 2009 lalu," kata Imam. (baca: Gunung Slamet Adalah Gunung Penyendiri )
DINDA LEO LISTY
Terpopuler
Polisi Tangkap Mahasiswa Perekam Hubungan Intim
AS Yakin Malaysia Airlines Jatuh di Samudera India
Anak Ali Sadikin Tak Setuju Ahok Jadi Gubernur