TEMPO.CO, Pamekasan - Biaya pendidikan para siswa sekolah berpredikat rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI) di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, lebih mahal dibandingkan biaya mahasiswa di universitas. "Biaya kuliah per semester Rp 600 ribu, tapi pungutan SPP di RSBI Rp 230 ribu per bulan," kata Mantan Ketua Komite Sekolah RSBI SMA Negeri 1 Pamekasan, Heru Budi, Kamis, 10 Januari 2013.
Para siswa yang ingin bersekolah di RSBI SMA Negeri 1 Pamekasan dikenai uang gedung Rp 1,5 juta per orang. Biaya tersebut di luar biaya seragam, buku dan sumbangan lain. "Padahal sudah ada bantuan pemerintah, tapi uang gedung masih dibebankan pada wali murid," ujar Heru.
Itu sebabnya Heru bersyukur Mahkamah Konstitusi membubarkan RSBI. Apalagi kwalitas lulusan RSBI tidak lebih baik dari sekolah non RSBI. "Kalau soal prestasi, bukan karena RSBi, tapi memang muridnya yang cerdas," ucap Heru.
Kepala SMA Negeri 1 Pamekasan, Basyoir, mengatakan biaya tinggi tidak bisa dihindari. Dengan menyandang status RSBI biaya operasional sekolah ikut naik. "Tapi biaya tinggi itu sudah disepakati para wali murid dan komite sekolah," tuturnya.
Agar tidak memberatkan, kata dia, uang gedung bisa dicicil tiga kali, Rp 400 ribu per tahun.
Menurut Basyoir, setiap tahun sekolahnya mendapat bantuan dana dari pemerintah Rp 100 juta. Sebanyak 65 persen di antaranya dihabiskan untuk biaya operasional, seperti honor guru dan peningkatan fasilitas penunjang pendidikan para siswa.
Basyoir mengatakan meski RSBI dibubarkan, kegiatan sekolah tetap berjalan seperti biasa. Sebab hingga kini belum ada surat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai tindak lanjut putusan MK. "Kami akan tetap mengamalkan semangat RSBI karena persaingan global ke depan tidak bisa dihindari," katanya.
Basyoir mengatakan lebih dari tiga orang siswanya yang menjuarai olimpiade fisika dan matematika, baik tingkat regiional Asia hingga internasional.
MUSTHOFA BISRI