TEMPO.CO, Jakarta - Arim, Financial Controller PT Hardaya Inti Plantations, mengakui bahwa Siti Hartati Murdaya memerintahkan dia menyuap bekas Bupati Buol,
Sulawesi Tengah, Amran Batalipu.
Uang itu diberikan agar Amran menerbitkan surat rekomendasi izin usaha perkebunan (IUP) dan hak guna usaha (HGU) perkebunan sawit perusahaan PT Hardaya Inti Plantations atau PT Cipta Cakra Murdaya.
Menurut Arim, permintaan tersebut disampaikan mantan anggota Dewan Pembina Demokrat itu ketika menelepon dirinya 12 Juni 2012. Saat itu, Hartati memerintahkan agar disiapkan surat untuk Amran agar dia menerbitkan surat rekomendasi IUP bagi.
"Setelah dia tanda tangan, kita serahkan satu kilo," kata Arim mengulangi perintah Hartati di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin, 17 Desember 2012. Saat ditanya apa maksud satu kilo, Arim menyebutkan bahwa itu kode Hartati untuk uang Rp 1 miliar.
Hartati, kata dia, juga menyuruh memberikan uang tambahan pada Amran. Uang itu diberikan karena Badan Pertanahan Nasional (BPN) tak memberikan hak guna usaha kepada perusahaan pesaing Hartati, PT Sonokeling Buana.
"Satu kilo lagi setelah BPN tidak menerbitkan HGU ke perusahaan Ayin, PT Sonokeling," katanya. Namun, menurut dia, uang pemberian terakhir ini tak sempat direalisasikan.
Hartati didakwa memberikan suap pada Amran sebesar Rp 3 miliar, yang diberikan dalam dua tahap, yakni Rp 1 miliar dan Rp 2 miliar. Suap tersebut diberikan bersama-sama dengan Arim, Manajer Operasional Hardaya Gondo Sudjono; General Manajer Hardaya Yani Anshori, dan Direktur Hardaya Totok Lestiyo.
Suap tersebut digelontorkan agar Amran menerbitkan sejumlah surat supaya Gubernur Sulawesi Tengah menerbitkan IUP dan membuat rekomendasi kepada Menteri Agraria/Kepala BPN sehubungan dengan pengurusan HGU terhadap tanah seluas 4.500 hektare atas nama Cipta atau Hardaya. Duit itu juga diberikan agar HGU tanah seluas 75.090 tak diberikan pada Sonokeling.
Saat dimintai tanggapannya, Hartati membantah kesaksian Arim. Menurut dia, 1 kilo yang dimaksud merupakan uang untuk mengamankan demonstrasi yang terjadi di perusahaannya. "Uang itu adalah untuk preman, tugasnya tidak boleh pulang," katanya.
NUR ALFIYAH
Terpopuler:
Choel Gemar Koleksi Mobil Mewah
'Ruhut Itu Jeruk Makan Jeruk'
Choel Tak Tahu Andi dan Rizal Kakak Kandungnya
Partai Demokrat Kalah di Udara dan Darat
Kisah Mallarangeng Bersaudara dan Proyek Hambalang
Choel Mallarangeng Dikenal Pandai Berbisnis
Choel Diduga Ikut Atur Proyek Hambalang
Choel Tumbuh Tanpa Akhiran Mallarangeng
Kisah Romo Mangunwijaya Kali Code Yogya Dibukukan
Rehat Panjang Choel Mallarangeng, Konsultan SBY