TEMPO.CO, Karawang - Suasana haru meliputi pemakaman Endang Rahayu Sedyaningsih. Terutama kala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membacakan sambutan. Mantan atasan Endang ini mengutip penggalan yang disampaikan almarhumah dalam peluncuran buku Berdamai dengan Kanker, 13 April 2011 lalu.
"Hadirin, tadi pagi saya membaca kata-kata almarhumah yang telah dipersiapkan medio April 2011 yang lalu, untuk pengantar buku yang berjudul Berdamai dengan Kanker, yang sangat mengharukan dan penuh dengan kearifan," kata SBY, juga dengan suasana haru.
Presiden SBY terlihat berusaha mengatur nada suaranya. Menahan haru dan isak tangis, SBY mengutip penggalan sambutan Endang Rahayu soal kankernya.
"Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker paru stadium 4 baru ditegakkan lima bulan yang lalu. Dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya.
Tetapi saya tidak bertanya, "Why me?" "Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini: hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan dua putera dan satu puteri yang alhamdulillah sehat, cerdas dan berbhakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan."
"So .... Why not? Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kanker paru? Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa SIAP untuk menjalankannya. 'Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.
Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerah-Nya dengan bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan .... jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih diberikesempatan untuk itu."
"Demikianlah kata-kata almarhumah yang penuh nilai, keimanan, dan pelajaran ini," kata SBY.
Mendengar hasil karya sang istri dan ibu, Reanny dan putri bungsu keduanya, Rayinda Raumanen Mamahit, terlihat terisak. Sapu tangan pun dikeluarkan untuk mengusap air mata yang sudah menetes. Sementara dua putranya terlihat tegar menghadapi upacara pemakaman ini.
Dari perkawinannya dengan dr MJN Mamahit, Sp OG, Endang dikaruniai dua putra dan satu putri, yaitu Arinanda Wailan Mamahit, 31 tahun, Awandha Raspati Mamahit (27), dan Rayinda Raumanen Mamahit (21). Endang juga meninggalkan seorang menantu, Sara Ratna Qanti, 30 tahun.
Tak hanya keluarga yang terharu, jajaran staf Kementerian Kesehatan pun tampak menahan isak kala penggalangan kisah perjuangan Endang ini dibacakan.
Endang Rahayu Sedyaningsih lahir di Jakarta, 1 Februari 1955. Beliau berhasil menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1979. Gelar master on public health dan doktor kesehatan masyarakat diperoleh di Harvard University, Amerika Serikat, tahun 1992 dan 1997. Kemarin, setelah perjuangan selama 1,5 tahun, Endang mengembuskan napas terakhirnya.
ARYANI KRISTANTI
Berita terkait
Menteri Endang Akhirnya Tinggal di Blok Pahlawan
Dahlan: Saya dan Menkes Itu 'Musuh' Kanker
Menteri Endang Dimakamkan Dekat Ronny Patinasarani
Menteri Endang Mendapat Penghormatan Terakhir
Kanker Paru yang Serang Endang Bisa Tak Terdeteksi
Eks Menkes Endang Sempat Rayakan Ultah Pernikahan
Presiden SBY Akan Pimpin Pemakaman Mantan Menkes
Menkes Endang, dari Harvard ke Kabinet Menteri