TEMPO.CO, Dili - Paus Fransiskus tersenyum kepada seorang putra altar—pelayan imam dalam ibadah misa—yang memegangkan pengeras suara untuknya. Pemimpin umat Katolik sedunia itu lalu melambaikan tangannya kepada lebih dari 700 ribu umat yang memadati Lapangan Tasitolu, Dili, Timor Leste. Sore itu, Rabu, 10 September 2024, Paus Fransiskus telah selesai memimpin misa akbar.
Saat menyampaikan kalimat penutup sebelum benar-benar mengakhiri ibadah, Paus Fransiskus menyampaikan kesannya terhadap negara yang merdeka pada 2002 itu. Paus mengatakan bagian terbaik dari Timor Leste bukan cendana atau ikan-ikan di laut meski keduanya adalah komoditas unggulan di sana.
“Hal terbaik dari Timor Leste adalah senyum anak-anak. Saya melihat banyak sekali anak-anak,” kata Paus Fransiskus, Rabu.
Fransiskus mengatakan Timor Leste sebagai negara berusia “muda” perlu merawat kehidupan anak-anak. Pesan serupa ia sampaikan dalam pidato di Istana Kepresidenan Timor Leste, Senin, 9 September. Paus mengatakan negara harus berpihak pada kehidupan anak-anak dan remaja karena masa depan peradaban di tangan mereka.
Paus Fransiskus mendorong Timor Leste konsentrasi terhadap isu-isu kekerasan dan pelecehan seksual yang menimpa anak-anak. “Sebuah kota yang mengajarkan anak-anaknya untuk tersenyum adalah sebuah kota yang memiliki masa depan,” kata Paus Fransiskus dalam misa.
Air Mata dan Penantian
Sepanjang misa berlangsung, banyak umat menitikkan air mata. Berkalung rosario—kalung untuk berdoa dengan perantara Bunda Maria—para umat menatap lekat-lekat altar putih yang berdiri tegak di depan lapangan. Di sana, Paus Fransiskus yang berkasula putih gading duduk memimpin ibadah.
Nyaris di barisan paling belakang, seribu umat dari Indonesia khusyuk mengikuti misa. Mereka datang dari Atambua juga Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ibadah misa di Timor Leste tidak hanya diikuti oleh warga setempat, tapi juga beberapa daerah di Indonesia timur.
Julio Elio mengatakan ia datang sejak 9 September dan menginap di sebuah barak yang disiapkan untuk umat Katolik, berjarak 500 meter dari lapangan. Ia berjalan kaki dari barak itu sejak pagi mengancik siang. Ia berdiri berjam-jam untuk mengikuti misa bersama Bapa Suci.
“Ini adalah kesempatan yang barangkali hanya saya dapatkan sekali seumur hidup. Mau sampai kaki tak kuat berdiri pun saya akan bertahan,” kata Julio.
Sebagaimana Julio, Melkianus Bere datang ke Timor Leste untuk mengikuti misa yang telah ia nanti sejak puluhan tahun itu. “Paus terakhir sebelum Paus Fransiskus adalah Yohanes Paulus II. Butuh 35 tahun untuk mendatangkan Paus ke sini,” kata Julio.
Para umat tak langsung bubar ketika Paus Fransiskus selesai memimpin misa. Umat yang berkerumun di lapangan bernyanyi lagu puji-pujian sambil mengayun-ayunkan bendera Timor Leste dan bendera Vatikan. “Até logo, Padre Papa (sampai jumpa, Bapa Suci),” kata para umat berteriak dalam bahasa Portugis. Mereka mengarak Paus pulang ke asrama Nunsiatura Apostolik dengan lagu pujian berjudul “Kristus Jaya”.
Pilihan Editor: Anak Muda di Timor Leste Tanggapi Seruan Paus Fransiskus soal Kekerasan Seksual: Mari Sadar dan Lawan