INFO NASIONAL - Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo atau Bamsoet meresmikan pabrik perakitan motor listrik dan baterai motor listrik, PT. Baterai Listrik Motorindo, di Cikarang, pada Kamis, 5 September 2024. Saat peresmiannya, PT. Baterai Listrik Motorindo juga merilis motor listrik eMOA, yang pada tahap awal akan dipasarkan dalam dua tipe yakni E1 dan E2, dengan garansi baterai di kedua tipe mencapai dua tahun.
Selain di Cikarang, PT. Baterai Listrik Motorindo juga akan membangun pabrik di Gunung Puteri, Kabupaten Bogor. Memanfaatkan lahan sekitar 3,5 hektar, nilai investasinya diperkirakan mencapai US$30 juta.
Kehadiran operasional PT. Baterai Listrik Motorindo di Cikarang dan Bogor ini turut berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja. Mengingat, saat ini Indonesia berada pada fase bonus demografi dengan keberlimpahan penduduk usia produktif.
"Saya optimis PT. Baterai Listrik Motorindo akan berkembang pesat. Mengingat potensi industri motor listrik di Indonesia sangat menjanjikan,” kata dia.
Bamsoet mengatakan, Pemerintah Indonesia saat ini sedang mempercepat transisi dari kendaraan konvensional berbahan bakar minyak ke bermotor listrik. Hal ini ditunjukan dengan keluarnya Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.
Bamsoet menjelaskan, proyeksi pertumbuhan sepeda motor listrik di Indonesia pada 2030 mencapai 13 juta unit dengan pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) mencapai 31.859 unit, dan pembangunan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) mencapai 67.000 unit. Langkah kebijakan tersebut berpotensi menghemat konsumsi BBM hingga 6,03 juta kilo liter. Menurutnya, melimpahnya kendaraan motor berbahan bakar minyak saat ini berdampak pada rusaknya kualitas udara dan tingginya subsidi BBM yang harus ditanggung negara.
“Meskipun subsidi BBM 2025 diproyeksikan sebesar 19,41 juta kilo liter atau mengalami penurunan dibanding target tahun sebelumnya sebesar 19,58 juta kilo liter, angka tersebut masih tergolong besar, dan tentunya sangat membebani APBN," kata Bamsoet.
Bamsoet menerangkan, pengembangan kendaraan listrik seperti eMOA adalah wujud keseriusan Indonesia dalam implementasi transisi energi menuju energi baru dan terbarukan, sekaligus wujud komitmen dalam menekan emisi karbon di angka 29 persen pada 2030 dan emisi nol bersih atau net-zero carbon pada 2060.
"Kendaraan konvensional berbahan bakar minyak berkontribusi pada polusi udara,” ujarnya. “Tidak mengherankan jika beberapa kota yang dipadati oleh sepeda motor, seperti Jakarta dan Tangerang, beberapa kali memuncaki daftar kota paling tercemar di dunia," katanya.
Ia mengatakan, konsumen yang beralih ke kendaraan listrik bisa mendapatkan banyak keuntungan seperti mendapatkan kredit khusus kendaraan bermotor listrik dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), gratis tambah daya dari PLN bagi pemilik mobil listrik, serta mendapatkan diskon 75 persen untuk tambah daya bagi pemilik sepeda motor listrik.
Biaya pengisian baterai kendaraan listrik juga sangat rendah dibanding kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak. Sebagai perbandingan, kata Bamsoet, berbagai riset menampilkan rata-rata sebuah sedan biasa yang dikemudikan sejauh 15.000 mil akan menghabiskan US$6.957. Sedangkan kendaraan listrik, dengan jarak tempuh yang sama hanya membutuhkan sekitar US$540.
"Karena pengeluaran lebih hemat, masyarakat bisa menabung lebih banyak. Sekaligus mengalihkan pengeluaran rutin mereka untuk kendaraan ke kebutuhan lain, seperti pendidikan, kesehatan, hingga berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya," kata dia. (*)