TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir merespons soal jamaah Masjid Aolia pimpinan Raden Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta yang merayakan Idulfitri pada Jumat, 5 April 2024.
Perayaan Idulfitri jamaah Masjid Aolia itu lebih cepat dibanding perkiraaan Muhammadiyah maupun pemerintah yang diperkirakan jatuh pada 10 April 2024.
"Ketika ada (kelompok) yang berbeda (keyakinannya), kita toleran terhadap perbedaan yang ada," kata Haedar di Yogyakarta, Sabtu, 6 April 2024.
Menurut Haedar, perbedaan itu yang terpenting tidak menyimpang dari ajaran utama nilai-nilai keagamaan. "Kalau terlalu jauh dari dasar-dasar ketentuan (aturan keagamaan yang lazim) ya mesti diajak dialog," kata Haedar.
Haedar meminta seluruh umat untuk menghargai perbedaan termasuk sesama umat Muslim. Menurutnya, toleransi menjadi hal mendasar dalam kehidupan majemuk di Indonesia yang musti dipelihara.
"Indonesia ini kan negara yang masyarakatnya komunal, namun di satu sisi, tradisi dialognya masih sangat kurang,"
"Bukan hanya di tingkat masyarakat tapi juga di tingkat elit, maka perlu menghidupkan tradisi dialog itu kalau ada masalah, entah itu terkait keagamaan atau persoalan sosial lain, upayakan kedepankan dialog."
Pendekatan melalui dialog, menurut Haedar, menjadi jalan terbaik untuk mengurai berbagai persoalan yang terjadi.
Haedar juga meminta organisasi kemasyarakatan dan keagamaan untuk melakukan introspeksi, kemudian mengambil peran dalam membangun masyarakat.
Tokoh-tokoh masyarakat dan keagamaan setempat bisa menjadi kunci dialog yang membawa kebaikan bagi semuanya.
"Tokoh-tokoh setempat seharusnya bisa menjadi kunci, menjadi mediator, fasilitator, pendamai, penyatu," ujarnya.
"Kami berharap ormas keagamaan, kemasyarakatan untuk introspeksi diri, jangan sampai kita tercerabut dari akar keluarga, masyarakat dan umat."
PRIBADI WICAKSONO
Pilihan Editor: MK Pastikan Tak akan Panggil Jokowi: Sidang Sudah Selesai