2. Gibran Rakabuming Raka
Gibran Rakabuming Raka adalah Wali Kota Solo. Sosok kelahiran Surakarta, 1 Oktober 1987 ini menjabat sejak 2021 dan akan rampung 2026 mendatang. Dalam sejarah Kota Solo, dia adalah wali kota termuda. Usianya baru 33 tahun saat dilantik. Dia juga diketahui sebagai putra sulung Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Ayahnya itu dulu adalah juga Wali Kota Solo, periode 2005-2012.
Gibran kecil menetap di Solo. Namun saat SMP dia pindah ke Singapura. Pendidikan setingkat SMA juga dikenyam di Negeri Singa itu. Tepatnya di Orchid Park Secondary School. Pun pendidikan perguruan tingginya. Dia mengambil studi di Management Development Institute of Singapore dan lulus pada 2007. Gibran melanjutkan studi ke Australia. Mengambil program Insearch di University of Technology Sydney Insearch, tamat pada 2010.
Sepuluh tahun berselang, Gibran diusung PDIP maju di Pemilihan Wali Kota Solo 2020. Langkah Gibran menjadi calon Wali Kota Solo penuh aral. Setelah sempat ditentang sejumlah anggota partai, kader PDIP yang baru masuk dunia politik pada September 2019 itu akhirnya melenggang di bursa Pilkada Solo 2020.
Dia disandingkan dengan Teguh Prakosa untuk melawan pasangan Bagyo Wahyono-FX Supardjo. Hasil Pemilu menunjukkan pasangan Gibran dan Teguh unggul 86,5 persen. Sementara lawannya hanya 13,5 persen. Jumlah tersebut didapat dari total suara sah berjumlah 260.506. Sementara jumlah partisipan dalam Pilkada Solo 2020 mencapai 295.982 orang.
Terbaru, Partai Bulan Bintang mengusulkan nama Yusril Ihza Mahendra dan Gibran Rakabuming Raka menjadi bacawapres Prabowo Subianto. Hal itu terjadi dalam persamuhan para elite parpol KIM di kediaman Prabowo, Kertanegara 4, Jakarta, Jumat, 13 Oktober 2023. Sekretaris Jenderal PBB, Afriansyah Noor, mengatakan setap perwakilan parpol dalam Koalisi Indonesia Maju diminta mengusulkan satu sampai tiga nama bacawapres.
“Kemarin kami diminta juga untuk menuliskan beberapa nama. Satu, dua, atau tiga,” kata dia kepada Tempo, Sabtu, 14 Oktober 2023.
Afriansyah dan Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra bersepakat untuk mengusulkan nama Yusril dan Gibran. “Atas kesepakatan kami berdua dengan Ketua Umum dan Sekjen, kami menulis dua nama. Nama pertama Pak Yusril, tetap sebagai ketua umum kami. Kami usulkan yang kedua nama Mas Gibran,” kata dia.
Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra saat menghadiri perayaan ulang tahun Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto di Rumah Kertanegara, Jakarta, Selasa, 17 oktober 2023. Prabowo Subianto menggelar perayaan ulang tahunnya yang ke-72 itu dihadiri oleh tokoh-tokoh dari partai Koalisi Indonesia Maju, tokoh nasional dan sejumlah pejabat. TEMPO/M Taufan Rengganis
3. Yusril Ihza Mahendra
Yusril Ihza Mahendra lahir di Lalang, Manggar, Belitung Timur, pada 5 Februari 1956. Yusril adalah putra dari pasangan Idris Haji Zainal Abidin dan Nursiha Sandon. Keluarga dari pihak ayahnya berasal dari Johor, Malaysia. Kakek buyutnya, Haji Thaib, seorang bangsawan Kesultanan Johor. Mereka menetap di Belitung sejak awal abad ke-19.
Sedangkan ibunya berasal dari Aie Tabik, Payakumbuh, Sumatra Barat. Pada abad ke-19, neneknya pergi merantau dari Minangkabau dan menetap di Belitung. Kakeknya merupakan seorang sutradara teater tradisional. Ayahnya adalah seorang penulis naskah dan novel.
Yusril menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan menekuni ilmu filsafat di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Lalu ia mengambil gelar Master di University of the Punjab, Pakistan (1985), dan gelar Doktor Ilmu Politik di Universitas Sains Malaysia (1993). Yusril juga sempat belajar selama setahun di Akademi Teater di Taman Ismail Marzuki.
Yusril memulai kariernya sebagai pengajar di UI pada mata kuliah Hukum Tata Negara, Teori Ilmu Hukum, dan Filsafat Hukum. Di sana dia memperoleh titel Guru Besar Ilmu Hukum. Ia juga aktif dan menjadi pengurus beberapa organisasi. Seperti Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ia banyak berkenalan dengan tokoh muslim nasional, Mohammad Natsir misalnya, banyak mempengaruhi pandangannya.
Pada 1996, Yusril diangkat oleh Presiden Soeharto sebagai penulis pidato presiden. Hingga 1998, ia telah menulis pidato untuk presiden sebanyak 204 naskah. Ketika Reformasi 1998, Yusril menjadi salah satu pihak yang mendukung perubahan politik di Indonesia. Pada masa itu, Yusril berperan besar terutama ketika ia menuliskan pidato berhentinya Soeharto. Bersama para reformis muslim, dia kemudian mendirikan Partai Bulan Bintang.
Partai pewaris Partai Masyumi ini digagas oleh 22 ormas Islam. Dalam partai tersebut, Yusril duduk sebagai ketua umum dari 1998-2005. Pada Pemilu 1999, Partai Bulan Bintang meraih suara sebesar 2,84 persen dan menempatkan 13 wakilnya di parlemen. Bersama Amien Rais, dia ikut mengusung Abdurrahman Wahid untuk menjadi presiden Indonesia.
Yusril telah tiga kali menempati jabatan sebagai menteri dalam kabinet pemerintahan Indonesia, yaitu Menteri Hukum dan Perundang-undangan pada Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Kabinet Gotong Royong, dan terakhir sebagai Menteri Sekretaris Negara pada Kabinet Indonesia Bersatu.
Selain aktif berpolitik, Yusril juga rajin menulis buku, jurnal, dan kolom di media massa. Tulisannya terutama berkisar pada masalah hukum tata negara dan politik Islam. Bersama adiknya, Yusron Ihza Mahendra, ia mendirikan firma hukum Ihza & Ihza Law Firm.
Januari lalu, Jokowi secara terang-terangan mendukung Yusril Ihza Mahendra jika maju sebagai calon presiden atau calon wakil presiden di Pilpres 2024. Menurut Jokowi, Yusril merupakan politikus dengan pengalaman yang panjang dan mumpuni
“Kalau menyimak apa yang disampaikan Prof Yusril dengan pengalaman sangat panjang, saya mendukung, loh, kalau Prof Yusril dicalonkan sebagai capres dan cawapres. Ini serius,” ujar Jokowi dalam pidatonya di Rakernas PBB di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu, 11 Januari 2023.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | DELFI ANA HARAHAP | HAN REVANDA PUTRA | MELYNDA DWI PUSPITA | IMA DINI SHAFIRA
Pilihan Editor: Soal Nama Cawapres Prabowo Tunggu Rapimnas Golkar