INFO NASIONAL - Ceria Group, salah satu produsen utama bahan baterai kendaraan listrik ramah lingkungan di Indonesia, dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan fasilitas pemurnian di Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, melakukan penandatangan perjanjian kerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PT PLN Persero). Penandatangan yang dilakukan di Kantor Pusat PLN, Jakarta, pada Senin, 20 Mei 2024, terkait Perjanjian Pembelian Renewable Energy Certificate (REC) dan Perjanjian Pinjam Pakai Lahan untuk Pembangkit Listrik Inter Temporal Capacity (ITC).
Sejak memulai produksi nikel, Ceria berfokus mendukung visi Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia pemimpin dalam rantai pasokan baterai kendaraan listrik ramah lingkungan guna memenuhi permintaan global yang terus meningkat. Ceria masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), Objek Vital Nasional (Obvitnas), dan Daftar Proyek Prioritas Investasi Swasta (DPPIS) dalam Rencana Kerja Pemerintah Republik Indonesia. Kerja sama dengan PLN sebagai BUMN sangat penting untuk mendukung hilirisasi industri di Indonesia.
Renewable Energy Certificate (REC) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh PLN dengan pengakuan internasional melalui APX, Inc. berbasis di Amerika Serikat, sebagai operator dari Tradable Instrument for Global Renewables (TIGRs). Sertifikat ini menyatakan bahwa listrik yang digunakan Ceria berasal dari sumber energi terbarukan, dengan setiap 1 unit REC mewakili konsumsi energi listrik 1 Megawatt-hour (MWh).
Ceria menjadi pionir dalam penggunaan REC di industri pemurnian nikel yang terintegrasi (mine mouth smelter). Langkah ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mendukung industri nikel yang berkelanjutan, memastikan bahwa setiap tahap produksi nikel Ceria didukung oleh energi yang ramah lingkungan, seperti pembangkit listrik tenaga air, angin, dan mesin gas.
REC juga merupakan inisiatif PLN dalam mendukung penggunaan energi bersih dan terbarukan, sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia mengurangi emisi karbon. CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata, menjelaskan perjanjian REC dan ITC antara Ceria dan PLN dilakukan untuk memastikan komitmen Ceria dalam memproduksi produk nikel ramah lingkungan melalui proses pyrometallurgy dengan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan Ferronickel dengan kadar nikel 22 persen, Nickel Matte Converter yang menghasilkan kadar nikel lebih tinggi di atas 73 persen, dan proses hydrometallurgy dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
"Semua produk Ceria melalui proses pemurnian lanjutan sebagai bahan baku Battery Precursor ke pasar Electric Vehicle (EV) Battery," kata Derian.
Derian menegaskan, sertifikat REC memastikan bahwa produk nikel Ceria memiliki jejak karbon minimal, mendukung aspek keberlanjutan, dan merupakan bagian dari kebijakan Environmental, Social, and Governance (ESG) perusahaan. "Penggunaan sertifikat REC oleh Ceria akan meningkat secara bertahap dari sekitar 80.000 unit pada tahun 2024 menjadi 2,2 juta unit pada tahun 2030," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, dilakukan Amendemen Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) antara PLN dan Ceria. Total kapasitasnya adalah 414 MVA atau sekitar 352 MW, yang merupakan penyempurnaan terkait aspek teknis dan administratif dari PJBTL yang telah ditandatangani pada tahun 2018. Pasokan listrik akan mulai dialirkan secara bertahap mulai pertengahan tahun 2024.
PLN akan menyediakan tambahan daya listrik di area Ceria dengan menggunakan Pembangkit Listrik Terapung berbahan bakar gas (BMPP) kapasitas 2 x 60 MW. Pembangunan fasilitas ini akan dilakukan oleh afiliasi PT PLN, Indonesia Power (IP), dengan jetty dan fasilitas pendukung. Fasilitas jetty, tangki LNG, dan fasilitas regasifikasi LNG akan dibangun oleh afiliasi PT PLN, Energi Primer Indonesia (EPI). BMPP akan terhubung dengan Gardu Induk Smelter PLN Kolaka untuk menjaga kehandalan listrik smelter Ceria.
Ceria juga berkomitmen mendukung PLN dalam pembangunan infrastruktur Inter Temporal Capacity di area Ceria dengan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) 200 MW oleh PLN Batam. Selain itu, Ceria akan mendukung penambahan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 200 MW.
Dukungan Ceria ini bertujuan untuk meningkatkan kemaslahatan masyarakat, terutama di area Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulselrabar), serta mendukung program hilirisasi industri pemerintah dengan ikut mendukung program Net Zero Emission pada tahun 2050 yang diusung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Penggunaan listrik dari PLN yang bersumber dari green energy menunjukkan komitmen mereka dalam mengurangi jejak karbon, menjadikan produk olahan nikel Ceria memiliki emisi karbon yang sangat rendah dibandingkan dengan produk olahan nikel lainnya yang menggunakan listrik dari PLTU.
Dengan jejak Green Energy, praktik Pertambangan yang baik, dan kerangka ESG yang kuat, Ceria sebagai perusahaan PMDN nikel bersiap sebagai pemain global dalam industri Electric Vehicle (EV). Dengan pengakuan khusus dalam kategori Inflation Reduction Act (IRA) Compliant, Ceria berkomitmen pada praktik pertambangan yang berkelanjutan dan siap berkolaborasi secara profesional dengan negara manapun di seluruh dunia.
Derian menegaskan, dengan dukungan PLN, Ceria siap memimpin dalam transformasi industri nikel menuju masa depan yang berkelanjutan. "Langkah ini menunjukkan komitmen Ceria sebagai pelopor dalam produksi green nickel, memberikan manfaat nyata bagi lingkungan, masyarakat, dan bangsa," ujar Derian. (*)