Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

35 Tahun Sultan Hamengkubuwono IX Berpulang, Begini Kiprah Sang Pandu Agung Bapak Pramuka Indonesia

image-gnews
Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Istimewa
Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Ahad, 2 Oktober 1988 silam atau 35 tahun silam, Sri Sultan Hamengkubuwono IX meninggal dunia di Washington DC, Amerika Serikat. Kepergian gubernur pertama DI Yogyakarta itu meninggal kesedihan mendalam bagi banyak orang. Ratusan ribu manusia, termasuk Presiden Soeharto dan duta besar negara lain, mengiringi upacara pemakaman Wakil Presiden Kedua RI ini.

Kipran Sultan Hamengkubuwono IX dalam masa kemerdekaan tak dapat dimungkiri. Ia memastikan Keraton Yogyakarta bergabung NKRI pada awal proklamasi, ia pula yang menjamin Sukarno dan Hatta selama memerintah Republik Indonesia dari Yogyakarta dan memberikan dana bagi berlangsungnya pemerintahan di awal kemerdekaan itu. Sultan HB IX menginisiasi Serangan Umum 1 Maret 1949 pada saat agresi Belanda.

Setalah merdeka, Sultan HB IX menjabat wakil presiden selama satu periode. Di luar itu, ia dikenal pula sebagai Bapak Pramuka Indonesia.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang akrab disapa "Kak Sultan," adalah tokoh yang diakui sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Ia mendapat gelar Pandu Agung atau pemuka kepanduan dari Presiden Sukarno.

Dikutip dari situs Warta Universitas Dian Nuswantoro, istilah "Pramuka" sendiri berasal dari kata "poromuko," yang berarti pasukan terdepan dalam perang, dan merupakan singkatan dari "Praja Muda Karana," yang artinya jiwa muda yang suka berkarya.

Kapan Dilantiknya?

Pada 1961 hingga 1974, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Indonesia. Selama periode ini, ia melakukan berbagai inovasi yang menghasilkan penghargaan tingkat nasional dan internasional.

Salah satu kontribusinya adalah pemikiran untuk mengubah nilai "kepanduan" menjadi "kepramukaan," dengan menekankan partisipasi Pramuka dalam pembangunan masyarakat. Inovasi ini bahkan diadopsi oleh Pramuka di tingkat dunia.

Bagaimana Kiprahnya?

Sri Sultan Hamengkubuwono IX aktif terlibat dalam Gerakan Pramuka sejak usia muda. Ia mendukung penyatuan organisasi kepanduan, pendirian Gerakan Pramuka, dan pengembangannya di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 1961, bersama dengan beberapa tokoh lainnya, ia membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan mengeluarkan Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961. Organisasi Pramuka nasional resmi didirikan pada 14 Agustus 1961.

Menurut laman Pramuka Universitas Ahmad Dahlan, Sultan Hamengkubuwono IX menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka selama 13 tahun, yaitu selama empat periode dari 1961 hingga 1974.

Di bawah kepemimpinannya, Pramuka Indonesia menetapkan janji pramuka yang dikenal sebagai Tri Satya Pramuka dan 10 aturan yang harus dipatuhi oleh anggota Pramuka, Dasa Dharma Pramuka.

Ia juga menetapkan warna seragam Pramuka Indonesia, yang berwarna cokelat muda untuk atasan dan coklat tua untuk bawahan, yang melambangkan elemen air dan tanah. Atas keaktifannya dalam Pramuka, ia dipanggil dengan sebutan “Kak Sultan”.

Prestasi dalam Pramuka

Prestasi besar Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam membangun Gerakan Pramuka Indonesia mendapat pengakuan internasional. Pada 1973, ia dianugerahi Bronze Wolf Award oleh World Organization of the Scout Movement (WOSM), penghargaan tertinggi yang diberikan oleh WOSM kepada individu yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan.

Pria yang juga dikenal sebagai Gusti Raden Mas Darojatun ini telah memberikan kontribusi besar dalam memajukan Gerakan Pramuka Indonesia dan menjadikannya salah satu organisasi kepanduan terbesar dan terkemuka di dunia. Peringatan Hari Pramuka Indonesia setiap tanggal 14 Agustus adalah bentuk penghormatan terhadap peran besarnya dalam Gerakan Pramuka.

Pilihan Editor: 35 Tahun Tiada Sultan Hamengkubuwono IX, Kilas Balik Republik Indonesia Kehilangan Tokoh Besar Itu

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kata Pengamat dan PDIP soal Prabowo Sebut Ada Partai Klaim Miliki Bung Karno

17 jam lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto saat menghadiri rapat koordinasi nasional (rakornas) pilkada Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Mei 2024. Dalam sambutannya, Prabowo memuji kesetiaan PAN atas dukungannya. Setidaknya PAN sudah mendukung Prabowo selama 15 tahun. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Kata Pengamat dan PDIP soal Prabowo Sebut Ada Partai Klaim Miliki Bung Karno

Prabowo menyindir bahwa selalu ada partai politik yang mengaku-ngaku memiliki Bung Karno. Apa kata PDIP dan pengamat?


Prabowo Sindir Ada Partai Ngaku-ngaku Memiliki Bung Karno, Begini Menurut Pengamat Politik

22 jam lalu

Presiden terpilih Prabowo Subianto saat menghadiri rapat koordinasi nasional (rakornas) pilkada Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis, 9 Mei 2024. Dalam sambutannya, Prabowo memuji kesetiaan PAN atas dukungannya. Setidaknya PAN sudah mendukung Prabowo selama 15 tahun. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Prabowo Sindir Ada Partai Ngaku-ngaku Memiliki Bung Karno, Begini Menurut Pengamat Politik

Prabowo menyindir bahwa selalu ada partai politik yang mengaku-ngaku memiliki Bung Karno.


Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

1 hari lalu

Tugu Yogyakarta, pada awal dibangun pada era Sultan HB I sempat setinggi 25 meter. Dok. Pemkot Yogyakarta.
Sumbu Filosofi Yogyakarta Diakui UNESCO, Makna Garis Imajiner Gunung Merapi ke Laut Selatan

UNESCO akui Sumbu Filosofi Yogyakarta, garis imajiner dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan bermuara di Laut Selatan.


Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

1 hari lalu

Moses Gatotkaca. Cuplikan video AP
Peristiwa Gejayan dan Kematian Moses Gatutkaca 26 Tahun Lalu, Siapa Tanggung Jawab?

Puncak aksi mahasiswa di Gejayan terjadi pada 8 Mei 1998 setelah salat Jumat. Moses Gatutkaca menjadi korban dengan luka parah. Siapa tanggung jawab?


Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

2 hari lalu

Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)
Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

Presiden Sukarno pernah melarang Manifesto Kebudayaan pada 60 tahun lalu. Apa itu Manikebu dan Lekra yang mengemuka saat itu?


Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

3 hari lalu

Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menggelar Syawalan bersama abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta Selasa (7/5). Dok. Istimewa
Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan khusus kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di acara Syawaan.


Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

6 hari lalu

Acara halal bihalal syawalan Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek dilaksanakan di Diklat Kejaksaan Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu, 4 Mei 2024. Foto: Istimewa
Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.


Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

10 hari lalu

Umar Kayam. TEMPO/Rully Kesuma
Mengenang Umar Kayam, Sastrawan dan Akademisi yang Lebih Dikenal sebagai Bintang Film

Mengenang Umar Kayam, pemeran Sukarno dalam film Pengkhianatan G30S/PKI. Kakek Nino RAN ini seorang sastrawan dan Guru Besar Fakultas Sastra UGM.


Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

11 hari lalu

Seorang ibu membawa anaknya saat imunisasi Campak dan Polio secara gratis di Gedung Wanita BKOW terhadap warga di kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (18/10). Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio tahap ketiga akan digelar di 17 provinsi di Indonesia mulai dari 18 Oktober hingga 18 November di pos pelayanan imunisasi yang tersebar di posyandu dan puskesmas. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.


Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

12 hari lalu

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.